Review Bismillah, Kunikahi Suamimu: Menguras Emosi Nyaris Tanpa Jeda
Apakah sobat nonton termasuk penonton yang membutuhkan sapu tangan untuk menyeka cucuran air mata saat menyaksikan film-film seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, atau Surga Yang Tak Dirindukan di layar bioskop? Lebih mendalam lagi, apakah sobat nonton termasuk penonton yang menggandrungi tontonan melodrama dewasa dengan tuturan kisah seputar lika-liku kehidupan pernikahan?
Jika sobat nonton memberikan jawaban “iya”, bahkan mengharap adanya tontonan serupa, maka film terbaru produksi MD Pictures yang diangkat dari novel rekaan Vyntiana Itari berjudul 'Bismillah, Kunikahi Suamimu' ini kemungkinan besar tidak akan mengalami kesulitan untuk merebut hati sobat nonton. Tapi jika sebaliknya, mungkin akan membutuhkan perjuangan lebih untuk menyukainya.
Problematika yang dikedepankan pun tidak jauh-jauh dari mengarungi bahtera rumah tangga yang sekali ini dihadang ombak besar berwujud poligami dengan premis yang sekaligus menjadi pertanyaan kunci untuk dihadapkan pada penonton, “apakah mungkin bersikap adil, sabar, serta ikhlas dalam sebuah rumah tangga yang di dalamnya terdapat lebih dari satu istri? Bisakah pernikahan harmonis dicapai saat sang suami berpoligami?”
Malik (Rizky Nazar) dan Hanna (Mikha Tambayong) tengah menanti kelahiran anak pertama. Ketika melakukan konsultasi kehamilan, dokter kandungan Hanna berhalangan, dan diganti oleh dokter muda bernama Cathy (Syifa Hadju), yang ternyata adalah sahabatnya semasa SMA sekaligus mantan kekasih Malik.
Naas, Hanna terjangkit penyakit kanker yang mengancam diri dan janinnya, sehingga perlu dilakukan operasi. Dokter mengatakan kemungkinan Hanna untuk selamat setelah operasi sangatlah kecil. Hanna sadar bahwa hidupnya mungkin tak akan lama lagi, dan Hanna memiliki sebuah permohonan, yakni dia ingin sebelum dirinya meninggal, Malik harus menikahi Cathy.
Malik dan Cathy tentu menolak permintaan tersebut, tetapi Hanna bersikukuh. Setelah meminta persetujuan berbagai pihak, Ijab Qabul dilakukan di rumah sakit, di hadapan Hanna. Ketiganya kini terlibat cinta segitiga dan poligami yang rumit.
Sejatinya, 'Bismillah, Kunikahi Suamimu' tak lebih dari sekadar film drama reliji yang tersusun dari guliran pengisahan dengan formulaik rancangan Benni Setiawan selaku sutradara dan penulis naskah yang mudah diterka muaranya (ada pasangan bahagia, lalu sederet cobaan tak berkesudahan mendera keduanya, dan entah bagaimanapun caranya kebahagiaan kembali menyambangi di ujung kisah) ditambah iringan skoring musik cenderung berlebihan gubahan Ricky Lionardi guna memancing penonton mengeluarkan air matanya.
Jika sobat nonton sudah khatam dengan sederet tontonan tearjerker produksi MD Pictures lainnya, bisa dikatakan bahwa film ini memiliki pola yang serupa. Ya, kesegaran memang sesuatu yang tidak bisa sobat nonton dapatkan dengan mudah di sini mengingat trik yang dipergunakan oleh si pembuat film hanyalah pengulangan yang sudah-sudah tanpa ada inovasi berarti, sehingga membuat filmnya jauh dari kesan istimewa.
Lantas, apakah keklisean tersebut lantas membuat Bismillah Kunikahi Suamimu menjadi gelaran buruk nan membosankan? Tidak juga. Untungnya, berkat amunisi yang dipersiapkan oleh Ipung Rachmat Syaiful lewat bingkaian gambar cantik dan lakon kuat dari jajaran pemainnya, film ini berhasil tampil sedikit mengangkasa. Paling tidak, kita masih bisa merasakan adanya emosi di dalamnya.
Kelihaian para bintangnya dalam memainkan peran di sini sedikit banyak berkontribusi terhadap tumbuhnya emosi pada film. Sekalipun Rizky Nazar dan Syifa Hadju seringkali hit-and-miss saat menginterpretasikan peran mereka, Mikha Tambayong ternyata lumayan mampu menunjukkan taringnya di sini. Kebahagiaannya, kegelisahannya, kekecewaannya, keterpurukannya, ketegarannya dan keikhlasannya dipaparkan melalui permainan air muka yang sungguh layak diacungi jempol.
Kecemerlangan Mikha Tambayong dalam berolah peran ini menempatkan sosok Hanna sebagai sosok yang mudah dicintai oleh penonton, terlebih Hanna juga tidak digambarkan sepenuhnya berhati malaikat. Apiknya performa Mikha ini yang kemudian membuat emosi dalam film ini turut berasa bergejolak.
Walau mungkin akan mengalami sedikit hambatan untuk menjangkau mereka yang tidak menggemari tontonan reliji, 'Bismillah, Kunikahi Suamimu' setidaknya akan sanggup membahagiakan para pecinta film melodrama, mengingat emosi telah dikocok sedemikian rupa semenjak menit-menit awal.
'Bismillah, Kunikahi Suamimu' sebenarnya sudah berprogresi ke arah tepat dalam perannya selaku tontonan pemuas pangsa pasar terbesar di bioskop tanah air. Tentu kesan sappy, klise, cheesy dan lain-lain yang identik dengan opera sabun akan mengganggu bagi beberapa pihak yang menontonnya. Namun apa daya ketika target penontonnya yang sedemikian besar itu pada akhirnya bisa terpuaskan?