Review No Hard Feelings: Ringan, Lucu, dan Menghibur
Sebagai penggemar Jennifer Lawrence alias J-Law, sobat nonton pasti sadar jika telah melewati banyak fase dalam karir sang aktris. Dari “Award-Lawrence” (Winter's Bone, Silver Linings Playbook, American Hustle, dan Joy), “Blockbuster-Lawrence” (seri film X-Men, The Hunger Games), sampai “Indie-Lawrence” (Mother!, Causeway). Lantas, termasuk yang manakah No Hard Feelings kali ini?
No Hard Feelings bercerita tentang Maddie Barker (Jennifer Lawrence), yang merupakan seorang perempuan dengan karakter yang bebas dan liar sehingga tidak takut untuk mengekspresikan sesuatu. Suatu hari, Maddie menemukan iklan di Craigslist yang menawarkan pekerjaan sebagai pendamping kencan untuk Percy Becker (Andrew Barth Feldman), seorang remaja berusia 19 tahun yang pemalu dan tidak berpengalaman.
Maddie awalnya enggan menerima pekerjaan tersebut, tetapi dia akhirnya menyetujuinya karena membutuhkan mobil baru agar dirinya dapat bekerja dan membayarkan utang dari rumah peninggalan sang ibu. Maddie dan Percy pun memulai perjalanan kencan mereka. Pada awalnya, mereka sangat berbeda satu sama lain. Maddie adalah sosok yang spontan dan blak-blakan, sedangkan Percy adalah sosok yang pendiam dan pemalu. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai saling mengenal dan belajar dari satu sama lain.
Tapi, kepercayaan Percy rusak ketika ia tahu bahwa Maddie hanya berpura-pura karena dibayar oleh kedua orang tuanya dengan imbalan sebuah mobil. Kira-kira bagaimana kelanjutan dari kisah cinta mereka? Akankah Maddie dan Percy bersatu kembali?
Well, No Hard Feelings bisa disebut sebagai fase "FUCK-IT-LET-US-DO-IT-Lawrence". Cukup menyenangkan melihat J-Law kembali memamerkan kelucuan "chaotic"-nya pasca Don't Look Up di tahun 2021 silam. Namun, tentu saja, naskah garapan Gene Stupnitsky, yang juga selaku sutradara ini, dan John Phillips tak tertarik menjadikan karakter Maddie sekompleks Kate Dibiasky.
No Hard Feelings murni adalah film ringan. Meski di dalamnya ada berbagai candaan vulgar, isu toxic parenting, sampai pesan tentang semangat melanjutkan hidup, namun film ini sejatinya hanya bertujuan untuk menghibur. Dan meski tak sepenuhnya mulus, sulit untuk mengabaikan chemistry kece antara Lawrence dan Andrew Barth Feldman di sini. They are so adorably cute!
Naskahnya benar-benar berjalan halus, dengan begitu banyak dialog asburd yang seringkali diucapkan oleh dua karakter utamanya tadi. Dialog-dialognya pun turut mendukung kegilaan yang mereka berdua alami yang terkadang memberikan sentuhan komedi yang pas pada film ini. Karakterisasi yang diberikan juga sanggup membuat filmnya lebih dinamis, meski sebenarnya keakuratan mengenai isu mental illness yang ada tidak sepenuhnya pas, tapi tetap tidak terlalu mengganggu mood kita dalam menonton.
Pada akhirnya, No Hard Feelings memang cukup sederhana dari segi cerita, di balik segala kompleksitas dari tiap-tiap karakternya. No Hard Feelings juga bisa dikatakan sebagai sebuah film yang punya sisi manis di tengah segala sisi gelap yang dimiliki oleh para karakternya.