Review Moana 2: Lebih Berwarna Dibanding Film Pertamanya
Walt Disney Pictures kembali menunjukkan tajinya di tahun 2024 ini dengan melahirkan sebuah film berjudul Moana 2 yang merupakan sekuel dari film animasi yang cukup sukses saat dirilis pada tahun 2016 silam berjudul Moana.
Jika di beberapa judul animasi Disney lain berbicara mengenai hubungan antar manusia, termasuk pandangan mengenai rasisme dan komposisi masyarakat multikultural, maka Moana 2 kembali hadir untuk mengingatkan kembali penontonnya tentang hubungan yang sama pentingnya antara manusia dengan alam sekitarnya. Tentu saja hal tersebut disampaikan sesuai dengan tata berbicara film-film drama keluarga khas Disney lainnya.
Kisah dalam Moana 2 akan bergulir usai karakter utama kita yang bernama Moana (Auli’i Cravalho) berhasil menemukan jantung Te Fiti dan mengembalikan keseimbangan alam. Kehidupan Moana dan keluarganya pun berlangsung sejahtera.
Namun selang tiga tahun kemudian, Moana kembali menerima panggilan tak terduga dari leluhurnya untuk mengarungi lautan lepas Oceania. Bahkan, ia harus melanjutkan perjalanan ke perairan berbahaya yang telah lama hilang.
Moana lantas memulai petualangan yang belum pernah ia jalani sebelumnya. Kejadian ini pun akhirnya mempertemukan kembali Moana dengan Maui (Dwayne Johnson). Bersama Maui, Moana berjuang untuk menyatukan kembali penduduk pulau-pulau Oceania yang terpencar. Dalam petualangannya ini, mereka akan menghadapi banyak musuh dan orang-orang jahat. Lalu, akankah mereka berhasil mencapai tujuannya kali ini?
Meskipun menghadirkan benang merah penceritaan yang telah cukup familiar mengenai pembuktian kemampuan diri yang sekaligus akan menjadi bagian proses pendewasaan sang karakter utama, sutradara David G Derrick Jr, Jason Hand, dan Dana Ledoux Miller mampu mengemas Moana 2 menjadi sebuah sajian yang lebih berwarna ketimbang film pertamanya.
Naskah ceritanya sendiri juga menyimpan beberapa cabang penceritaan yang tidak hanya berhasil ditampilkan dengan lugas, namun juga mampu dikembangkan dengan baik. Simbolisme mengenai hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya juga kembali menjadi fokus dan disampaikan secara cerdas.
Kesan feminis yang begitu kuat dari sang karakter utama juga membuat karakter Moana menjadi begitu berwarna. Tidak seperti kebanyakan “puteri Disney” lainnya, Moana ditampilkan sebagai sosok yang lebih independen dalam menemukan dan memilih garis kehidupannya. Pencapaian cerita yang cukup mengagumkan.
Narasi Moana 2 memang tidak selalu berjalan sempurna. Ritme film ini mulai terasa mengendur pada paruh kedua penceritaannya. Ditambah dengan minimnya konflik yang dibangun dan berkembang pada bagian tersebut, Moana 2 pada beberapa saat memang tampil dengan cukup monoton.
Untungnya, hal tersebut tidak berlangsung lama atau berpengaruh besar pada kualitas penceritaan Moana 2 secara keseluruhan. Karena pada banyak bagian, lagu-lagu yang ditampilkan dalam film ini mampu menjadi pengisi kekosongan tersendiri. Tata musik dan lagu yang digarap oleh Mark Mancina dan Opetaia Foa’i tampil dengan kuat secara emosional dalam mengisi banyak adegan filmnya.
Tidak hanya itu, dengan ritme dan nada yang dapat dinikmati layaknya lagu-lagu popular kebanyakan, lagu-lagu yang mengiringi Moana 2 juga dipastikan akan menambah panjang daftar lagu dari film-film animasi Disney yang akan dikenang dan menjadi kegemaran banyak penontonnya di masa yang akan datang.
Dan pada akhirnya, hanya satu kata yang mampu mendeskripsikan film ini secara keseluruhan; magis. Ya, Moana 2 adalah sebuah keajaiban yang makin memantapkan masa renaissance kedua bagi Disney ini.