Review Caught Stealing: Sajikan Sebuah Refleksi Sosial yang Tajam

Belum lama ini, kita semua disuguhkan One Battle After Another, sebuah film yang melukiskan dinamika dunia kita sekarang, di mana pertikaian terus lahir tanpa akhir dan konflik jadi santapan sehari-hari. Sebuah 162 menit penuh kekacauan yang berpotensi jadi bencana sinematik andai bukan ditangani oleh pengarahan jawara seorang Paul Thomas Anderson (PTA), yang merevolusi genre aksi, memberinya ruang emansipasi dari tuntutan menyuguhkan hiburan tanpa isi.
Pun begitu dengan Caught Stealing. Sebuah karya terbaru dari sutradara visioner Darren Aronofsky yang akan menghadirkan kombinasi antara drama psikologis, aksi brutal, dan ketegangan kriminal yang mengguncang emosi sobat nonton ketika menyaksikannya.
Kisah dalam Caught Stealing sendiri berlatar kota New York City di tahun 1998. Film ini akan mengikuti kisah Hank Thompson, seorang mantan pemain bisbol berbakat yang hidupnya terpuruk akibat kecanduan alkohol. Bekerja sebagai bartender, kini Hank mencoba untuk menjalani hari-harinya dalam kesepian dan penyesalan.
Suatu hari, hidupnya berubah ketika Russ, tetangga misteriusnya, meminta Hank menjaga seekor kucing bernama Bud selama Russ pergi. Awalnya, tugas tersebut tampak sederhana, tetapi permintaan itu justru menyeret Hank ke dalam lingkaran kejahatan berdarah tatkala dua gangster Rusia tiba-tiba mendatangi Hank, mencari Russ dan sesuatu yang berharga yang tersembunyi di apartemennya. Dari sini, hidup Hank berubah total menjadi pelarian penuh adrenalin.
Tak tepat rasanya jika menyebut film ini sebagai sebuah suguhan action thriller biasa. Karena film ini akan menawarkan berbagai lapisan emosi dan narasi yang kompleks, rapih, namun tidak berbelit-belit. Selipan-selipan kritik sosial akan isu-isu penting di Amerika pun banyak ditemukan.
Skala ceritanya juga cukup masif, tatkala Darren Aronofsky memberi gambaran bahwa tiap individu memiliki “pertarungan” mereka masing-masing. Satu konflik digambarkan akan berujung melahirkan konflik lain, ibarat efek domino. Hanya saja, tiap kejatuhan satu keping domino nantinya juga akan disertai ledakan penyulut huru-hara lainnya.
Nah, bagaimana mungkin cerita sekompleks nan liar ini mampu dituturkan tanpa menciptakan kekacauan naratif? Rupanya, sang sutradara mengarahkan kisahnya bagai pembalap formula satu yang memacu mobilnya secepat kilat tanpa pernah kehilangan kendali berbekal refleks level dewa miliknya. Caught Stealing tak mengandung satu pun momen yang terasa percuma, pun secara konsisten menjaga intensitasnya di sepanjang durasi.
Darren Aronofsky memang berhasil membuat film ini dalam takaran seimbang untuk semua elemennya. Keseimbangan inilah yang menjadikan eksekusi sang sutradara terasa cukup dalam menjaga porsi spektrumnya masing-masing. Tak ada yang terlalu ekstrem, tak ada yang berlebihan, serta tidak luput pula dalam menghadirkan detail kecil untuk memoles cerita.
Pada akhirnya, Caught Stealing bukan hanya sajian drama thriller semata, tapi juga sebuah refleksi sosial yang tajam. Film ini coba menggabungkan hiburan dan pesan kemanusiaan dalam satu paket eksplosif, dan menjadikannya salah satu karya terbaik yang dirilis pada tahun ini.








