Loading your location

Review Elang: Visual dan Akting Pemainnya Layak Diacungi Jempol

By Ekowi13 Januari 2025

Sepakbola merupakan olahraga yang sangat populer di Indonesia. Anehnya, hanya segelintir sineas di Indonesia yang berani membesut film yang bersentuhan dengan olahraga ini, bahkan ketika film buatan Ifa Isfansyah, Garuda di Dadaku, secara mengejutkan berhasil menorehkan angka di atas 1,4 juta penonton pada tahun 2009 silam sekalipun.

Kini, sambutlah Elang, sebuah karya terbaru dari Rizal Mantovani yang akan membawa sobat nonton untuk melihat sisi gelap sepak bola Indonesia. Film Elang akan menceritakan kisah perjuangan Elang (Ganindra Bimo), seorang pemain sepakobola Timnas Garuda, dalam meraih impiannya. Berlatar belakang ekonomi keluarga pas-pasan, ia harus berjuang keras untuk membiayai pengobatan Ibunya (Dewi Yull) yang menderita Alzheimer.

Ia pun lalu memutuskan untuk keluar dari Timnas dan bergabung dengan klub luar negeri, Sydney Warriors FC demi mendapatkan uang yang lebih banyak. Namun, keputusannya ini ternyata membuat Ibu dan adiknya, Laras (Meisya Amira), kecewa. Di tengah kariernya di klub yang berkembang pesat, ia diminta kembali ke Indonesia untuk membela Timnas di ajang internasional.

Permasalahan Elang juga menjadi semakin rumit setelah ia mengetahui bahwa ada pihak yang berusaha melancarkan bisnisnya dengan sengaja membuat Timnas kalah.

Layaknya film bertema sejenis, Elang turut dihadirkan dalam alur dan stuktur cerita yang padat, dialog yang bernas, serta penggarapan dari Rizal Mantovani yang sangat berenergi. Tak lupa, Rizal juga memasukkan sindiran-sindiran halus kepada pemerintah, dan tak lupa menjumput beberapa referensi dari apa yang tengah hangat di dunia sepakbola Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Tentunya ada konsekuensi yang harus diterima ketika pembuat film ini memutuskan untuk menumpuk sejumlah konflik agar film menjadi padat. Terlalu banyaknya lapisan konflik justru membuat Rizal Mantovani seperti kebingungan dalam menentukan prioritas. Penggaliannya terasa kurang dalam dan tidak ada dinamika pada hubungan antar karakter. Setiap karakter yang memiliki koneksi dengan Elang hanya ditampilkan selewat saja, tak berkesan.

Beruntung, Rizal Mantovani memiliki tim yang solid di sisi teknis dan akting. Film ini benar-benar terbantu oleh editing yang dinamis, pengambilan gambar yang indah dan kekuatan akting setiap pemainnya. Kelemahan memang masih ditemukan di sana sini, dan itu sangat manusiawi. Sekalipun belum bisa menyaingi film Garuda di Dadaku yang masih sedemikian renyah, akan tetapi Elang berhasil membuka tahun 2025 ini dengan cukup indah.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Dark Nuns
The Substance
IU CONCERT:  THE GOLDEN HOUR
Rider

COMING SOON

Death Forest 2
PATAH HATI PALING SENGAJA
The Princess Diaries 3
Sinners