Review Perayaan Mati Rasa: Menarik, Emosional, dan Bermakna
Sebagai seorang anak pertama, Ian (Iqbaal Ramadhan) berjuang meraih mimpinya bersama para sahabatnya dan berusaha keras memenuhi semua ekspektasi yang ia bangun hingga membuatnya jauh dari keluarga. Namun, ketika sebuah peristiwa besar membuat Ian kehilangan orang tuanya secara tiba-tiba, Ian berusaha selalu kuat dan mengubur semua perasaannya hingga ia mati rasa.
Itulah synopsis yang tersaji dalam karya terbaru sutradara muda berbakat, Umay Shahab, berjudul Perayaan Mati Rasa. Menurut penulis, produksi Sinemaku Pictures ini memiliki konsep yang cukup menarik. Ya, Umay mencoba untuk menggabungkan elemen laut sebagai metafora. Sayangnya, konsep tersebut masih terasa agak kikuk sehingga kesan yang muncul justru seperti upaya "flexing" yang tidak sepenuhnya organik.
Meski begitu, Perayaan Mati Rasa punya sejumlah scene yang terbilang berhasil menciptakan hubungan emosional dan pengalaman rollercoaster yang cukup menggugah dengan penontonnya. Walaupun harus diakui pula bahwa ada beberapa aspek yang terasa kurang realistis, terutama dalam penggambaran dinamika keluarga Indonesia di era saat ini.
Di sisi lain, perpindahan antar adegan juga masih terasa kurang mulus sehingga membuat ritme film ini terasa melompat-lompat. Alhasil, Sebagian sobat nonton boleh jadi belum benar-benar merasakan kedalaman drama maupun koneksi antar karakternya. Padahal, naskah Perayaan Mati Rasa pada dasarnya sudah cukup kuat dalam membangun fondasi cerita, meskipun beberapa dialog masih terdengar kurang natural.
Kemudian, kala mulai memasuki bagian pesan moralnya, perubahan tone entah kenapa juga terkesan menjadi lebih kaku dan kurang mengalir, membuatnya terasa terlalu dibuat-dibuat alias tidak mulus. Meski begitu, menurut penulis, film ini secara keseluruhan tetap mampu menghadirkan cerita yang menarik, emosional, dan bermakna.