Loading your location

Review Tinggal Meninggal: Suguhkan Racikan Komedi Gelap yang Matang dari Awal sampai Akhir

By Ekowi17 Agustus 2025

Kematian bukanlah hal yang layak untuk dipalsukan atau dijadikan lelucon demi mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang di sekitar kita. Setiap peristiwa duka pastinya selalu menggarisbawahi bahwa manusia seringkali hanya dihargai ketika berada di ambang kehilangan. Kejadian-kejadian semacam itu, yang penuh kepalsuan, menjadi tamparan bagaimana masyarakat mengukur kepedulian sebagai reaksi sesaat yang muncul lalu menghilang.

Film Tinggal Meninggal rupanya menggunakan satir di atas tadi untuk mempermainkan kematian dalam bentuk yang lain, yakni hilangnya keterhubungan, hilangnya rasa yang dilihat, hilangnya kepedulian, serta hilangnya kepercayaan diri, meskipun tubuh terlihat masih sempurna.

Film Tinggal Meninggal bercerita tentang Gema (Omara Esteghlal), yang merupakan pemuda canggung dan hidupnya diselimuti rasa sepi. Ia tidak punya banyak teman, bahkan saat dirinya sudah masuk dunia kerja. Namun, perasaan terasing itu sontak berubah ketika ayahnya meninggal dunia. Ia tiba-tiba mendapat perhatian dari rekan-rekan kerjanya di kantor yang ikut berbelasungkawa.

Perhatian itu terasa bagai kehangatan baru bagi Gema karena selama ini tidak pernah mendapat afeksi. Meski demikian, kehangatan itu mulai sirna beberapa hari sejak kematian sang ayah. Orang-orang di kantornya kembali dengan rutinitas mereka, sementara Gema kembali menghadapi suasana dingin seperti semula.
Gema lalu mengartikan situasi ini dengan suatu kesimpulan, bahwa ia bisa mendapat perhatian dari lingkungannya jika tertimpa kabar duka.

Ia lantas mulai menyusun serangkaian skenario demi merasakan kembali kehangatan itu. Pada waktu yang sama, Gema juga menyelami arti kesepian, perhatian, dan hubungan dengan lingkungan sekitar lewat segala perbuatannya tadi.

Debut penyutradaraan Kristo Immanuel benar-benar di luar ekspektasi, karena ia sanggup menghadirkan racikan komedi gelap yang matang sejak menit awal hingga akhir. Tinggal Meninggal sama sekali tidak memberi ruang untuk menebak arahnya akan ke mana dan seperti apa. Film ini seperti dirancang untuk memecah pola pikir, menggiring garis cerita masuk ke dalam komedi gelap yang sangat rapat, namun tetap mengalir secara alami.

Komedinya terlalu gila untuk ukuran film lokal, karena selalu melemparkan lelucon segar secara random sehingga efeknya selalu memicu tertawa keras di saat yang paling tidak terduga. Komedi dan kisahnya pun terikat dalam penulisan yang rapi, sehingga meskipun tertawa yang dihasilkan sangat liar, keduanya menyatu dalam harmoni yang kuat tanpa satu pun terasa garing.

Pada akhirnya, film debut dari Kristo Immanuel sebagai sutradara dan juga penulis ini, terasa bukanlah seperti sebuah film debut. Skripnya bisa dibilang cukup kompleks, motif dari karakter utamanya pun kuat. Bagi penulis, penggunaan hewan ngengat yang terbang di perut sebagai metafora rasa bahagia sang tokoh utamanya adalah sebuah visual yang cerdas.

Selama ini mungkin kita sering mendengar istilah “there's a butterfly in my tummy” untuk menjelaskan kita sedang jatuh cinta. Tapi di sini, Kristo Immanuel coba menciptakan istilah “there is a moth in my tummy” sebagai sebuah perumpamaan bahwa akhirnya ada orang yang menganggap kita ada.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

The Naked Gun
Sihir Pelakor
Freakier Friday
HANYA NAMAMU DALAM DOAKU

COMING SOON

Black Bag
Gabby's Dollhouse: The Movie
VIRUS
Si Paling Aktor