Terlalu berlebihan orang-orang mengulasnya. Rata-rata tidak memiliki pengetahuan mendalam soal sinematografi maupun perwatakan tokohnya sehingga hanya bilang bagus-bagus saja. Padahal perwatakan Rahmat dangkal sekali, sebagai seorang Marxis hanya digambarkan tengah melihat gambar Marx di komputer saja. Rupanya memang bagi para penulis naskah tak mai bersentuhan sama sekali dengan tokoh Marxis sehingga tak tahu bagaimana memasukan referensi yang mereka perlukan. Padahal jelas sangat penting detil serta gagasan Rahmat untuk memperkuat wataknya sebagai orang yang kurang religius. Sangat penting untuk melihat referensi terlebih dahulu sekalipun ideologi penulisnya bertentangan, thoh ia hendak diputihkan.
Terlalu berlebihan orang-orang mengulasnya. Rata-rata tidak memiliki pengetahuan mendalam soal sinematografi maupun perwatakan tokohnya sehingga hanya bilang bagus-bagus saja. Padahal perwatakan Rahmat dangkal sekali, sebagai seorang Marxis hanya digambarkan tengah melihat gambar Marx di komputer saja. Rupanya memang bagi para penulis naskah tak mai bersentuhan sama sekali dengan tokoh Marxis sehingga tak tahu bagaimana memasukan referensi yang mereka perlukan. Padahal jelas sangat penting detil serta gagasan Rahmat untuk memperkuat wataknya sebagai orang yang kurang religius. Sangat penting untuk melihat referensi terlebih dahulu sekalipun ideologi penulisnya bertentangan, thoh ia hendak diputihkan.
Kecewa sangat,