Review The Black Phone: Perpaduan Horor dan Thriller yang Ciamik!
Karya terbaru sutradara Doctor Strange (2016), Scott Derrickson, berjudul The Black Phone sudah tayang mulai hari ini, Rabu (22/6), di bioskop seluruh Indonesia. Berlatar tahun 1970-an, film tersebut berkisah tentang misteri hilangnya sejumlah anak laki-laki di sebuah daerah urban di AS.
Salah satunya adalah Finney Shaw (Mason Thames), anak laki-laki berusia 13 tahun yang pemalu tapi pintar. Suatu hari ia diculik oleh seorang pembunuh sadis (Ethan Hawke) yang sebelumnya telah menghilangkan beberapa anak di daerah tempat Finney dan adiknya, Gwen Shaw (Madeleine McGraw), tinggal.
Finn disekap di ruang bawah tanah kedap suara di mana teriakan takkan mampu menolongnya. Uniknya, di saat ia mulai ketakutan dan putus asa, sebuah telepon di dinding yang pada dasarnya sudah terputus alias tidak bisa digunakan tiba-tiba berdering! Di titik inilah harapannya untuk selamat terbuka lebar.
Pasalnya, melalui telepon itu Finn dapat mendengar suara-suara para korban pembunuh sebelumnya. Dan mereka bertekad untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada mereka tidak terjadi padanya. Itulah sekelumit peristiwa yang tersaji di film produksi Universal Pictures dan Blumhouse Productions tersebut.
Menurut penulis, yang menarik dari The Black Phone adalah bagaimana Derrickson mampu memadukan genre horor dan thriller dengan sangat baik. Layar lebar itu tidak hanya sekedar menyajikan ketegangan maupun kengerian seperti film-film thriller kebanyakan, tetapi juga adegan-adegan jump scare khas film horor yang cukup intens. Jadi, ini bukan cuma soal pembunuh keji, tetapi juga hantu. Perpaduannya sungguh ciamik.
Unsur warna yang cenderung gloomy di era 1970-an juga menjadi kekuatan tersendiri untuk The Black Phone. Warna tersebut memberikan nuansa 'gelap' layaknya film It (2017). Dan latar 70-an yang diangkat film ini juga tidak ala kadarnya. Mereka mengemasnya dengan sangat serius, mulai dari pakaian, kendaraan, hingga gaya rambut yang tenar kala itu.
Derrickson juga sangat cerdas dalam membangun atmosfer ketegangan dan kengerian di film ini. Menurut penulis, ia terbilang sukses memanfaatkan serta memaksimalkan sebuah ruangan bawah tanah yang pada dasarnya biasa saja, menjadi lokasi yang begitu 'gelap'. Baik itu lewat permainan cahaya maupun teknik kamera yang dijamin bakal membuat sobat nonton selalu waspada akan adanya adegan-adegan yang mengejutkan.
Dan tak kalah penting, pujian layak diberikan kepada tiga pemeran utama, Mason Thames, Madeleine McGraw, dan Ethan Hawke. Mereka tampil sangat baik melakoni karakternya masing-masing. Khusus Madeleine, penampilannya sebagai Gwen cukup menarik perhatian. Karakternya pun menjadi daya tarik tersendiri karena memiliki peran penting yang tidak ditampilkan dalam trailer.