Loading your location

Review Indiana Jones and the Dial of Destiny: Penuh Aksi Seru dan Bumbu Komedi yang Pas

By Ekowi30 Juni 2023

Siapapun tahu seri Indiana Jones yang pertama, yakni Raiders of the Lost Ark yang dirilis pada tahun 1981 silam adalah salah satu film petualangan terbaik sepanjang masa yang sulit dicari tandingannya. Seri kedua, The Temple of Doom, seri ketiganya, The Last Crusade, dan seri keempatnya, The Kingdom of the Crustal Skull walau tidak sebaik seri pertama namun tetap masih memiliki perpaduan antara elemen aksi, ketegangan, misteri, serta komedi yang sangat prima.

Lantas bagaimana dengan seri kelima yang kini memiliki judul Indiana Jones and the Dial of Destiny ini? Cerita dari film ini akan diawali pada tahun 1944, yang mengambil setting Perang Dunia II. Kala itu, Indiana Jones (Harrison Ford) dan rekannya, Basil Shaw (Toby Jones), sedang berada di Eropa untuk merebut artefak yang dicuri oleh pasukan Nazi. Mereka mencegah seorang ilmuwan Nazi bernama Schmidt (Mads Mikkelsen) untuk mendapatkan Dial Archimedes, sebuah artefak yang mampu melakukan perjalanan menembus waktu.

Dua puluh lima tahun kemudian, Jones merasa tidak terima dengan fakta bahwa pemerintah Amerika Serikat telah merekrut seorang mantan anggota Nazi untuk membantu mengalahkan Uni Soviet dalam perlombaan eskplorasi luar angkasa. Orang itu adalah Schmidt yang ternyata memiliki nama asli Jürgen Voller.

Jones kemudian bertemu dengan anak baptisnya, Helena Shaw (Phoebe Waller-Bridge), yang merupakan anak dari Basil. Helena berusaha merebut Dial Archimedes dari Jones untuk dijual di pasar gelap. Bukan hanya Helena, Voller ternyata juga masih berambisi merebut Dial Archimedes untuk kepentingan pribadinya. Situasi ini pun memaksa Indiana Jones untuk kembali berpetualang demi menyelamatkan Dial Archimedes yang amat berharga tersebut.

Layaknya seri-seri terdahulu, film Indiana Jones selalu dibuka dengan sekuen menantang. Dan benar saja, Indiana Jones and the Dial of Destiny menawarkan adegan penuh adrenalin di 20 menit awal filmnya, yang berfungsi juga sebagai backstory dari perjalanan plotnya.

Tak adanya Spielberg di kursi penyutradaraan rupanya tak membuat sekuen aksi dalam film ini menjadi kedodoran, karena di tangan James Mangold, aksi-aksi Indiana Jones seperti kejar-kejaran dan tembak-menembak hingga aksi perkelahian tetap ditampilkan dengan begitu mengesankan dalam banyak sekuen utuh. Ford yang usianya sudah terbilang uzur, di luar dugaan masih mampu bermain energik sebagai karakter Indy nyaris sama baiknya dengan di seri-seri pendahulunya.

Mungkin beberapa adegan aksinya terkadang tampak seperti dipaksakan. Namun tetap saja momen-momen tersebut berhasil membangun nostalgia kita semua akan sekuen-sekuen di seri-seri terdahulunya. Keterampilan Mangold dalam mengolah adegan aksi yang menegangkan dengan bumbu komedi memang tidak perlu diragukan.

Mungkin satu-satunya kelemahan utama film ini jika dibandingkan dengan pendahulunya adalah tidak adanya sesuatu yang baru di dalam plotnya. Dalam beberapa kasus bahkan plotnya seperti dipaksakan untuk menyentuh ranah fantasi, template yang juga melekat di dalam narasi seri-seri terdahulu.

Tapi percayalah, kelemahan minor tadi tidak akan mengurangi keasyikan menonton film ini. Apalagi, seri terbaru kali ini banyak sekali memasukkan tribute karakter-karakter pembangkit nostalgia. Dan bersiaplah dengan adegan akhirnya yang akan membuat mata para pecinta seri Indiana Jones berkaca-kaca.

Jadi, untuk kalian para penonton remaja yang tidak mengikuti seri-seri awal Indiana Jones, tak perlu khawatir, karena kalian dijamin akan tetap dapat mengikuti film ini dan akan terpuaskan dengan hasil akhirnya. Apalagi, seri terbarunya ini akan menyinggung soal time travel yang kini tengah menjadi tren dalam penceritaan sebuah film Hollywood akhir-akhir ini.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

ABSOLUTION
Petak Umpet
WE LIVE IN TIME
Bila Esok Ibu Tiada

COMING SOON

Tepatilah Janji
The Princess Diaries 3
Pelangi Di Mars
Modal Nekad