Loading your location

Review Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang: Kisahnya Hangat dan Membumi

By Ekowi04 Februari 2023

Sobat nonton masih ingat dengan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini? Karya audio visual yang merupakan adaptasi novel berjudul sama buatan Marchella FP ini, konon menurut sang sutradara Angga Dwimas Sasongko, adalah karyanya yang paling ia banggakan. Pernyataan itu mungkin beralasan. Karena filmnya sendiri mengingatkan kita semua akan gaya dari sineas Jepang Hirokazu Koreeda. Angga menangani materi yang oleh sutradara lain mungkin bakal digiring ke arah tearjerker menjadi sajian slice of life bernuansa kontemplatif bertema keluarga yang tetap mudah dinikmati oleh kalangan luas.

Seolah tak ingin berhenti di situ saja, kini Angga lantas ingin meneruskan kisah tiga bersaudara Angkasa, Awan, dan Aurora ke dalam sebuah sekuelnya yang berjudul Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang. Ya, film ini merupakan kelanjutan nasib Aurora (Sheila Dara Aisha) yang pada akhir film pertama dikisahkan ingin berangkat menimba ilmu ke London.

Di London, Aurora menemukan tambatan hati yang memiliki visi yang sejalan dengannya, Jem (Ganindra Bimo), seorang seniman yang sedang naik daun sekaligus senior di kampusnya itu ternyata juga merupakan perantau dari Indonesia. Kehidupan Aurora terasa sempurna dan penuh gairah, sampai ia menemukan sisi lain Jem yang terpaksa membuat Aurora mengorbankan kuliah serta meninggalkan mimpinya begitu saja.

Dalam masa sulitnya tersebut, Aurora lalu dibantu dua sahabatnya, yakni Honey (Lutesha Sadhewa) dan Kit (Jerome Kurnia) untuk tinggal bersama di apartemen mereka. Kesibukan Aurora untuk bertahan hidup dan mengupayakan kembali kuliahnya dengan bekerja serabutan membuatnya harus putus kontak dengan keluarganya.

Dua bulan tanpa kabar lantas membuat Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda) menyusul Aurora ke London. Terkejut dengan kondisi Aurora yang berantakan, ditambah kenyataan bahwa ia telah mengubur mimpi-mimpinya, Angkasa dan Awan sepakat untuk memaksa Aurora pulang. Berhasilkah?

Ditulis oleh Angga bersama Irfan Ramly dan Marchella FP, naskah film ini ternyata sanggup menjadikan konflik “si anak tengah” sebagai media untuk mengokohkan pondasi naratif. Dorongan suatu perbuatan maupun sikap hingga perasaan yang dirahasiakan, terpapar secara subtil namun jelas. Film ini tidak menganggap penontonnya bodoh. Kita diseret oleh dinamika kisah yang oleh Angga dialirkan dengan penuh kesabaran, dibiarkan merasakan ketimbang disuapi, sehingga kisahnya makin kaya dan bisa dimaknai berbeda oleh masing-masing penonton.

Tetap mengulang core dari film pertamanya, Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang adalah kisah tentang dinamika kompleks antara anak sulung, tengah, dan bungsu. Pun ini juga soal kebebasan dalam hubungan dan menentukan pilihan, baik itu bersifat romansa atau di lingkup keluarga. Ini juga mengenai impian, kebahagiaan, bahkan menyentil perihal patriarki, dan maskulinitas di mana ayah sebagai kepala keluarga senantiasa mengatur, sedangkan anak laki-laki (apalagi kalau berstatus putera sulung) harus jadi yang paling kuat.

Naskahnya pun jeli mengolah dialog, menciptakan sederet kalimat quotable yang puitis, tapi tetap terdengar kasual. Poin tersebut senada dengan nuansa yang dibangun Angga melalui pengarahannya. Ditemani kombinasi pilihan lagu-lagu sang sutradara yang seperti biasa, meneduhkan pula enak didengar, juga sinematografi garapan Arnand Pratikto yang mampu menggali ruang personal dalam interaksi manusia. Angga juga memamerkan kepekaannya melalui pengadeganan yang mengutamakan keintiman tanpa banyak menerapkan rekayasa teknis seperti scoring mendayu misalnya.

Tidak sukar untuk merasa jatuh hati dengan barisan karakter yang berlakon di film ini. Karakter-karakter tersebut, dengan serangkaian masalah dan perjuangan mereka, mampu dihadirkan dengan tata cerita yang hangat sekaligus begitu membumi. Bangunan cerita yang dimiliki oleh karakter Aurora yang di film pertamanya hanya tergambar secara minimalis saja, di sini Angga Dwimas Sasongko coba menjadikan Aurora sebagai karakter sentral yang mampu bertutur dengan lantang tentang posisinya yang merasa tersingkirkan dari keluarganya.

Kebebasan dan rumah yang dimaknai oleh karakter Aurora juga bisa sangat kita pahami begitu kita mengenal lingkungan atau dunia yang baru. Dunia yang menemani sekaligus menerima kita di saat jatuh hingga bangkit kembali. Dan karakter Aurora juga mengajarkan kita semua bahwa keluarga bisa ditemukan di mana saja walaupun tanpa ada hubungan darah sekalipun.

Dan terakhir, pujian juga harus disematkan kepada karakter Honey dan Kit. Ah, sulit untuk tidak jatuh cinta pada karakter mereka berdua. Sahabat sekaligus "rumah baru" yang tentunya kita harapkan hadir setidaknya sekali seumur hidup. Lutesha dan Jerome Kurnia membawakan dua karakter penting itu dengan sangat baik. Sesederhana melalui tatapan dan pelukan hangat mereka.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Dua Hati Biru
ULTRAMAN BLAZAR THE MOVIE: TOKYO KAIJU SHOWDOWN
The First Omen
Keluar Main 1994

COMING SOON

Romeo Ingkar Janji
Strange World
The Strangers: Chapter 1
24 Jam Bersama Gaspar