Review Bad Boys: Ride or Die: Tonjolkan Hubungan Persahabatan Mike dan Marcus yang Lebih Dinamis
Dirilis 17 tahun setelah film keduanya, Bad Boys for Life tidak berusaha untuk merombak formula. Alurnya masih menganut pola klasik, pun menerapkan twist yang biarpun tidak terduga, namun tergolong konyol ala film kelas B. Tapi sekali lagi, filmnya memang tak pernah berniat merevolusi. Ditangani duo sutradara Adil El Arbi dan Bilall Fallah yang juga ditunjuk mengarahkan Beverly Hills Cop 4 kelak, ini adalah bentuk modernisasi selaku penyempurnaan tanpa perlu merusak warisan yang ditinggalkan.
Hasilnya tak main-main. Dengan bujet 90 juta USD, film tersebut berhasil mengantongi sekitar 426 juta USD untuk perederannya di seluruh dunia. Tak pelak, film sekuelnya pun segera diproduksi. Kini, petualangan duo detektif Mike Lowrey dan Marcus Bernett kembali lagi dalam film yang berjudul Bad Boys: Ride or Die.
Film Bad Boys: Ride or Die akan mengisahkan bagaimana duo detektif Mike Lowrey (Will Smith) dan Marcus Burnett (Martin Lawrence) harus hidup di tengah pelarian. Keduanya harus rela jadi buronan setelah mendiang kapten mereka, Conrad Howard (Joe Pantoliano) dituduh sebagai polisi korup. Conrad dituduh telah bekerja sama dengan para kartel narkoba untuk menyelundupkan obat terlarang di area Amerika.
Akan tetapi, kendati Mike dan Marcus telah menjadi target buronan, namun dua polisi veteran tersebut tak percaya dengan tuduhan yang ditujukan pada Conrad. Di tengah situasi tersebut, Mike dan Marcus mendapatkan sebuah video berisi rekaman Conrad sesaat sebelum kematiannya. Dalam video tersebut, mantan atasan Mike dan Marcus tersebut menjelaskan situasi yang mendera dirinya dan meminta tolong mantan anak buahnya tersebut untuk membersihkan namanya.
Duo detektif tersebut kemudian berupaya untuk mengungkap konspirasi besar di tubuh kepolisian dan pada saat bersamaan, Mike juga harus memperbaiki hubungannya dengan anak kandungnya, Armando Armas (Jacob Scipio) yang kini juga sedang dicap sebagai seorang pelarian.
Berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Michael Bay yang mengedepankan sajian aksi yang bombastis, Bad Boys: Ride or Die lebih memilih untuk menonjolkan kedinamisan hubungan persahabatan yang terbentuk antara kedua karakternya, maupun dengan karakter-karakter baru yang berada di sekitar mereka. Dan Naskah cerita yang ditulis oleh Chris Bremner, Will Beall, dan George Gallo boleh dibilang cukup sukses untuk menggambarkan elemen tersebut dengan baik.
Harus diakui, barisan konflik yang coba dipaparkan oleh Bad Boys: Ride or Die memang sederhana dan tidak pernah terasa benar-benar digali secara mendalam. Karakter-karakter baru banyak dihadirkan memang memberikan tambahan warna yang cukup esensial bagi jalan cerita, namun tidak pernah terasa sebagai bagian yang integral bagi film ini.
Perihal aksi baku hantam jarak dekat, El Arbi dan Fallah adalah jagonya. Tetapi dalam skala set piece yang lebih besar, mereka tentu saja belum selihai Michael Bay. Pun penyuntingan di beberapa adegan aksi bertempo tinggi kerap memunculkan disorientasi yang memusingkan. Poin ini sesungguhnya juga sering menjadi masalah di film-film milik Michael Bay.
Tapi sekali lagi, penggemar lama waralaba ini bakal tetap terpuaskan dan takkan terasingkan ketika menonton film ini. Karena tim penulis naskah gemar untuk menyelipkan beberapa referensi terkait dua angsuran sebelumnya, sedangkan El Arbi dan Fallah selaku sutradara tak lupa mengulangi kembali low-angle shot berbalut gerak lambat ikonik khas waralaba ini.
Dan pada akhirnya, Bad Boys: Ride or Die kembali sukses dalam menampilkan kekuatan chemistry yang ditunjukkan oleh Smith dan Lawrence sebagai pasangan sahabat sekaligus mitra kerja yang saling bergantung satu dengan yang lain. Ditambah pengarahan dari Arbi dan Fallah yang jelas menjadi salah satu elemen yang mampu menghidupkan kembali seri film Bad Boys bagi barisan generasi yang kemungkinan besar akan menjadi penggemar barunya.