Review Godzilla x Kong: The New Empire: Hadirkan Pengalaman Sinematik yang Mumpuni
Raja Kaiju yang telah belasan tahun terlelap akhirnya dibangunkan kembali oleh Legendary Pictures demi memenuhi ambisi mereka dalam merengkuh pundi-pundi dollar. Ya, pasca film Godzilla (1998) yang dinilai gagal lantaran kurang merepresentasikan monster ikonik asal negeri sakura dan terlalu bergaya Hollywood, mereka mencoba memperbaikinya melalui versi upgrade yang dilepas di tahun 2014 silam dengan judul yang sama, Godzilla.
Meski beberapa pihak menilai elemen drama manusianya kelewat kental hingga menggerus porsi tampil Gojira, tapi tak bisa dipungkiri kalau versi anyar tersebut mencetak sukses. Dari mulanya hanya terpikir untuk menciptakan stand-alone movie, pihak studio lantas mengekspansinya menjadi sebuah waralaba berjuluk Monsterverse.
Dan kini, waralaba tersebut sudah sampai ke seri terbarunya yang diberi judul Godzilla x Kong: The New Empire. Godzilla x Kong: The New Empire bersetting lima tahun sejak pertempuran terakhir, di mana Godzilla dan Kong pada akhirnya kembali ke habitat mereka masing-masing untuk menjaga keseimbangan alam dan hidup berdampingan dengan manusia dalam damai.
Namun, ketenangan itu terganggu ketika mereka merasakan sinyal aneh dari dalam perut bumi. Mereka berdua menyelidiki fenomena tersebut untuk mengetahui penyebabnya. Kong dan pasukan manusia harus menghadapi ancaman baru bernama Skar King dan Shimu, monster yang belum pernah dikenal sebelumnya. Bahkan Godzilla dan Kong merasa terancam, memaksa mereka untuk bekerja sama menghadapi musuh baru tersebut.
Well, seolah mendengar segala keluhan yang kerap didengungkan oleh para penggemar berat waralaba ini, kini Adam Wingard yang kembali dipercaya untuk menahkodai film ini coba untuk menebus kesalahan sebelumnya dengan menggeber habis-habisan sejumlah pertarungan antar monsternya.
Bagi sobat nonton yang menggilai kaiju, apa yang disajikan oleh film ini jelas akan membuat hati terasa bungah. Lagipula, apa sih yang diharapkan dari sebuah monster movie selain menyaksikan makhluk-makhluk ganas saling melengkingkan suaranya satu sama lain, adu tonjok, sampai adu jurus-jurus andalan seperti Godzilla yang melontarkan atomic breath yang sensasional ke lawannya?
Jika dilihat sepintas, Godzilla x Kong: The New Empire memang terkesan enggan ribet dengan sebatas memenuhi ekspektasi penonton untuk menyimak para titan ini mengamuk seperti yang dilakukan di seri-seri terdahulunya. Penulis juga tidak mengeluhkan pendekatan ini, karena sejatinya memang itulah yang semestinya kita semua peroleh dari film mengenai gojira.
Berhubung efek khusus yang menyokongnya tergolong ciamik, musik pengiringnya yang secara dahsyat memberi penghormatan terhadap skoring ikonik jilid terdahulu, serta sang sinematografer yang juga mempersembahkan beberapa tangkapan gambar yang layak dipajang di akun twitter One Perfect Shot, maka tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa tontonan ini menghadirkan pengalaman sinematik yang cukup mumpuni.
Hanya saja, jika penulis boleh jujur, di tengah segala keriuhan battle scene yang dihadirkan di sini, Godzilla x Kong: The New Empire ternyata masih memiliki persoalan senada dan seirama dengan predesesornya, yakni terkait narasi. Beberapa dari sobat nonton mungkin akan berkata, “ngapain sih nyari plot bagus dari film monster ngamuk?!!” dan penulis secara sadar melihat poin tersebut.
Tapi sepertinya Adam Wingard juga telah begitu memahami semesta pengisahan dari film yang ia arahkan ini. Karena ketika plot yang berkaitan dengan karakter manusia masih berkesan lemah, maka ia lantas memilih untuk memperkuat presentasi dari lapisan kisah yang menyelimuti karakter-karakter monsternya.
Pada akhirnya, Godzilla x Kong: The New Empire jelas masih menyisakan ruang yang cukup lebar bagi pengembangan cerita yang seharusnya mampu tampil lebih kuat lagi. Namun, sulit untuk memungkiri bahwa sang sutradara berhasil memberikan sentuhan terbaiknya dalam mengelola pengisahan yang memiliki fokus lebih utuh pada sosok-sosok monster yang jelas tidak dapat bercerita secara mandiri ini.