Review Heretic: Minim Jumpscare, namun Tetap Menegangkan dan Mencekam
Meskipun terhitung sebagai pendatang baru, namun rumah produksi yang bernama A24 Studio sudah memiliki beberapa film horor yang berkualitas. Dan pekan ini, A24 kembali merilis sebuah film yang berbau psychological horror thriller yang berjudul Heretic.
Film Heretic akan mengisahkan dua misionaris Mormon, Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, yang menjalani misi mereka dalam memperkenalkan Tuhan dan mengubah keyakinan orang-orang. Mereka adalah Sister Barnes (Sophie Thatcher) dan Sister Paxton (Chloe East) yang berbeda kepribadian.
Barnes sendiri bertipikal penuh kepercayaan diri dan lebih berpengalaman, sedangkan Paxton lebih pemalu dan berusaha menjalani misinya sekadar untuk memenuhi target. Pada suatu hari, keduanya mendapatkan informasi bahwa seorang laki-laki ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gereja mereka. Sehingga, Barnes dan Paxton berkunjung ke rumahnya.
Barnes dan Paxton pun akhirnya tiba di rumah laki-laki itu, yakni Tuan Reed (Hugh Grant). Ketika memasuk iruang tamu, Barnes dan Paxton pun mulai berbicara mengenai agama. Alih-alih membujuk Reed, malah dua misionaris tadi yang mendapatkan wawasan baru tentang agama dan kepercayaan.
Well, seperti yang sudah disinggung di paragraf pertama tadi, bahwa Heretic merupakan sebuah film horror. Akan tetapi, film ini boleh dibilang minim jumpscare. Namun bukan berarti tidak menegangkan. Karena semua kengerian disampaikan melalui suasana mencekam dari percakapan dan situasi akan membuat sobat nonton merasa tidak nyaman.
Pemilihan scoring-nya pun dirasa cukup berhasil dalam membangun suasana tadi menjadi semakin mencekam. Ditambah pengambilan gambar dan visual yang berhasil menampilkan atmosfer mencekam lewat ruang sempit. Tensi ketegangannya juga dibuat semakin meningkat dari menit ke menit. Kita akan dibuat menebak-nebak, akan ada kejadian apa lagi yang akan menimpa dua karakter utama kita tadi.
Setengah durasi awal film ini memang sengaja dirancang “sangat talky”, namun bagian-bagian tersebut sama sekali tidak membosankan karena semua dialognya terbilang efektif dan thought-provoking. Percakapannya sangat filosofis dan menyentuh beberapa pemikiran seperti paradox, illusion of choice, dan lain sebagainya.
Lalu setelahnya, narasi yang sudah dibangun tadi pun mungkin akan membuat sobat nonton bertanya-tanya, bagaimana kepercayaan yang sudah dibangun sedari kita kecil harus berhadapan dengan logika pikiran yang liar tanpa harus saling menggurui.
Sebagai sebuah sajian film horor, porsi psychological di film ini ternyata lebih banyak daripada porsi horror "imagery-nya". Namun sedikit peringatan bagi sobat nonton, bahwa film ini tetap memiliki beberapa adegan sadis yang bagi beberapa penonton terbilang cukup triggering.
Overall, kembali A24 Studios berhasil menelurkan satu lagi sajian horror berkualitas yang tak biasa. Bagi beberapa orang, mungkin akan membenci film ini karena muatannya yang cukup kontroversial, namun bagi sebagian orang yang lain, film ini pastinya bisa menjadi pengingat bahwa terkadang manusia bisa jauh lebih menakutkan ketimbang hantu itu sendiri.