Review Kingdom of the Planet of the Apes: Visualnya Luar Biasa!!!
Sulit untuk menciptakan sekuel yang bagus. Apalagi dalam konteks blockbuster ketika mayoritas sekuel dibuat demi mengeruk keuntungan komersil (yang mana tidak keliru). Dan banyak pula sekuel yang memaksakan arah ketimbang meneruskan tahapan proses karakternya secara natural. Seri reboot Planet of the Apes jadi satu contoh langka, membawa penonton mengamati tokoh-tokohnya tumbuh dari kera korban eksperimen yang memberontak di Rise, membangun kehidupan sembari makin belajar arti menjadi makhluk berakal di Dawn, lalu berkulminasi pada War di mana peperangan tak semata soal baku hantam fisik, pula bergulat dengan perasaan.
Kini, saga Planet of the Apes berlanjut dengan film keempatnya yang berjudul Kingdom of the Planet of the Apes. Kingdom of the Planet of the Apes sendiri merupakan sekuel yang terpisah dari tiga film pertamanya, sehingga tidak lagi menampilkan Caesar (Andy Serkis) sebagai karakter utama.
Kisah film ini berlatar sekitar 300 tahun setelah peristiwa War for the Planet of the Apes, di mana peradaban kera di Bumi terus muncul seiring kecerdasan spesies tersebut yang terus meningkat. Para kera yang tersebar di berbagai penjuru dunia juga membentuk klan masing-masing. Namun, peninggalan dan ajaran hidup Caesar (Andy Serkis) yang memimpin masa-masa awal peradaban kera mulai luntur karena berbagai perubahan selama ratusan tahun. Hanya tinggal segelintir yang masih merawat prinsip dan pemikiran kera legendaris tersebut.
Cerita kemudian menampilkan kehidupan tiga kera muda bernama Noa (Owen Teague), Soona (Lydia Peckham), dan Anaya (Travis Jeffrey). Mereka tinggal bersama salah satu klan kera bernama klan elang. Kehidupan ketiga kera itu awalnya berjalan baik-baik saja, sampai mereka tak sengaja bertemu perempuan misterius ketika mencari telur elang untuk ritual klan.
Pertemuan itu menjadi awal perjalanan Noa dengan sang perempuan muda yang ternyata bernama Mae (Freya Allen). Ia cukup beda dibanding manusia lain yang ditemui kera lantaran masih bisa berbicara dan berpikir secara normal. Keberadaan Mae itu kemudian membawa petaka bagi klan elang. Ia diburu Proximus Caesar (Kevin Durand), raja kera sekaligus pemimpin klan kera pesisir yang berambisi mencari teknologi manusia.
Sungguh sangat tidak terbayang ketika menonton film pertamanya pada tahun 2011 silam dan sekarang sudah menginjak 2024. Perubahannya sungguh signifikan dari segi ceritanya yang berkembang ke arah yang lebih positif. Mulai dari konflik yang sederhana, sedang, berat, hingga konflik yang terlihat tidak bisa lagi diselesaikan.
Dengan durasi yang membentang hingga 2 jam 25 menit, sobat nonton akan diajak berpetualang dengan berbagai rintangan dan ketegangan yang luar biasa. Walaupun bukan film horor, tapi beberapa kali antisipasi dan jumpscare-nya sungguh luar biasa. Jika berbicara perihal CGI, maka hal tersebut sudah tak perlu diperdebatkan lagi, karena sedari film pertamanya juga sudah melebihi kualitas rata-rata film bergenre sejenis, apalagi di film terbarunya ini.
Penggambaran dunia dalam film ini sungguhlah luar biasa. Walau konfliknya tidak jauh-jauh dari persoalan manusia dan kera, tapi tetap seru karena diambil dari berbagai sudut pandang. Kali ini, sobat nonton akan lebih diberikan rasa kasian dan simpati ke arah manusia dan kera sebagai klan yang antagonis jika dilihat dari kondisinya.
Mungkin satu-satunya kekurangan dari film ini hanya pada hilangnya jiwa kera ikonik yang muncul dari sosok Caesar. Faktor utamanya adalah belum ada yang bisa memerankan karakter kera sebaik Andy Serkis. Jujur saja, karakter Caesar masih begitu membekas karena peran dari Andy Serkis yang berhasil masuk ke dalam karakter tersebut. Jika sobat nonton menonton film keempatnya ini, pasti akan terasa berbeda, mulai dari cara bicaranya saja.
Tapi pada akhirnya, Kingdom of the Planet of the Apes masih terasa menyenangkan. Tatkala kera bertambah cerdas sedangkan sebaliknya manusia menjadi primitif, tinggal tersisa satu persamaan, yakni rasa. Itulah pemersatu yang semestinya meruntuhkan perbedaan. Dan film ini jelas merupakan sebuah sekuel mengesankan yang turut memberi kritik tepat sasaran terhadap isu sosial masa kini sekaligus menawarkan solusi.