Loading your location

Review Kung Fu Panda 4: Suguhkan Sisi Filosofis dari Karakter Po

By Ekowi06 Maret 2024

Setelah tiga petualangan menantang maut mengalahkan penjahat kelas dunia dengan keberaniannya yang tak tertandingi dan keterampilan seni bela diri yang gila, Po, sang Pendekar Naga, dipanggil oleh takdir untuk beristirahat. Lebih khusus lagi, dia ditunjuk untuk menjadi Pemimpin Spiritual Lembah Damai.

Hal tersebut menimbulkan beberapa masalah yang jelas. Pertama, Po tahu banyak tentang kepemimpinan spiritual seperti halnya diet paleo, dan kedua, dia perlu segera menemukan dan melatih Pendekar Naga baru sebelum dia dapat mengambil posisi baru yang tinggi.

Yang lebih parah lagi, muncul raja kejahatan yang jahat dan berkuasa, Chameleon, seekor kadal kecil yang bisa berubah wujud menjadi makhluk apa pun, besar atau kecil. Dan mata Chameleon yang serakah dan kecil tertuju pada Tongkat Kebijaksanaan Po, yang akan memberinya kekuatan untuk memanggil kembali semua penjahat utama yang telah dikalahkan Po ke alam roh.

Jadi, Po akan butuh bantuan. Dia mendapatkannya dalam wujud Zhen, si pencuri yang banyak akal dan penuh tipu daya, rubah korsak yang membuat Po kesal tapi punya keterampilan yang akan terbukti berguna. Dalam upaya mereka melindungi Lembah Damai dari cakar reptil Chameleon, duo pasangan komedian aneh ini harus bekerja sama. Dalam prosesnya, Po akan menemukan bahwa pahlawan dapat ditemukan di tempat yang paling tidak terduga.

Itulah kisah yang tersaji dalam produksi terbaru Universal Pictures berjudul Kung Fu Panda 4. Menurut penulis, angsuran keempat yang disutradarai oleh Mike Mitchell ini merupakan penggalian karakter Po yang lebih filosofis. Layaknya pemahaman Taoisme dari Tiongkok, Po menempuh perjalanan untuk bisa mengenali dirinya sendiri, melepaskan segala konsep yang selama ini mengganggu pikirannya.

Konsep itulah yang sukses membawa waralaba Kung Fu Panda menuju ke lingkaran kesempurnaan pada tataran pengembangan karakter dan ceritanya. Pasalnya, saat film keempat ini berakhir, tak hanya Po, tetapi sobat nonton dijamin bakal ikut memahami tiap sendi kisahnya yang filosofis.

Meski begitu, menurut penulis, pemaparan alur untuk Kung Fu Panda 4 sendiri masih jauh dari kesan sempurna. Sejak awal, progresi alur sudah dikemas agak terburu-buru, seolah ingin menjaga pace agar tidak melambat dan membosankan. Namun hal tersebut malah berakibat tak diberikannya penonton kesempatan untuk meresapi cerita lebih jauh.

Peristiwa demi peristiwa juga terbilang berlalu begitu cepat. Bahkan, aksi pamungkas ketika Po dan Zhen bertarung melawan Chameleon masih berjalan terlampau pendek. Padahal, dengan durasi hanya 94 menit, penambahan durasi selama kurang lebih lima menit untuk klimaks serta beberapa momen lain tak akan membuat film ini menjadi terlalu panjang.

Beruntung, sang sutradara mampu memaksimalkan kekuatan tiap sequence tersebut walau hanya diberi kuantitas minim. Ya, visual memang menjadi kelebihan terbesar dari film ini. Sewaktu Pixar memukau lewat pendekatan photo realistic lewat The Good Dinosaur beberapa tahun silam, maka melalui film ini Dreamworks menghadirkan eyegasm berkat paparan visual bak goresan kuas dalam lukisan atau nuansa "out of this world" penuh kelap-kelip warna.

Jadi, sobat nonton pasti akan dibuat membelalakkan mata, tercengang akan bagaimana para animator mencurahkan kreatifitas mereka pada tingkatan tertinggi guna menciptakan tiap detail dunia menjadi keindahan luar biasa. Di antara animasi lain rilisan Hollywood akhir-akhir ini, kualitas visual Kung Fu Panda 4 jelas harus berada di jajaran paling atas.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

My Hero Academia: You're Next
Wicked
AFTERMATH
Gladiator II

COMING SOON

Toy story 5
PENGANTIN IBLIS
Anjani & Serdadu 571
Siksa Dunia Durhaka