Loading your location

Review The Bikeriders: Perayaan terhadap Kesakralan Cinta yangUniversal

By Ekowi21 Juni 2024

Apabila sobat nonton telah familiar dengan karya-karya director/screenwriter Jeff Nichols, tentu tahu bakal seperti apa gaya bertutur The Bikeriders ini. Jangan mengharapkan sajian epic spectacle, karena serupa sajian-sajian Jeff sebelumnya, film ini juga bakal sering menghabiskan waktu dalam hal menyoroti drama karakter sembari menyibak lapisan-lapisan alurnya secara perlahan.

The Bikeriders sendiri berkisah tentang klub motor kenamaan asal Chicago, Amerika Serikat bernama Vandals yang dipimpin oleh Johnny (Tom Hardy), yang berkarakter karismatik, tangguh, sekaligus tidak taat hukum. Johnny memiliki anggota loyal yang ia harapkan kelak meneruskan kepemimpinan dalam Vandals, yaitu Benny (Austin Butler).

Suatu hari, di sebuah bar, Benny berkenalan dengan seorang gadis bernama Kathy (Jodie Comer) yang berkemauan keras. Keduanya yang tertarik satu sama lain, pada akhirnya memutuskan untuk menikah. Keadaan itu memaksa Benny harus memilih antara Kathy dan kesetiaannya kepada klub motornya.

Lantas, akankah Benny mengorbankan kesetiaannya pada Johnny dan keluar dari Vandals atau dia justru mengorbankan pernikahannya dengan Kathy demi Johnny?

Seperti yang sudah penulis singgung di atas tadi, serupa dengan pendekatan di karya-karya sebelumnya, sutradara Jeff Nichols lagi-lagi memilih flow penceritaan yang lambat, tanpa berusaha menghujam penonton dengan kesan grandiosity pada tiap pengadeganannya.

Sebenarnya, banyak potensi dramatisasi di tengah setumpuk peristiwa monumental dalam film, tapi Jeff Nichols lebih kukuh mengetengahkan intimacy, mengandalkan kelembutan bertutur. Tidak sekalipun tiap karakternya dikuasai amarah ataupun berapi-api. Bukan status pahlawan sebagai tonggak perubahan yang ingin dicari, melainkan kebebasan mengekspresikan rasa cinta.

Padahal, The Bikeriders bisa saja digerakkan ke arah drama yang ramai gejolak, khususnya menyangkut respon negatif masyarakat sekitar atas fenomena “geng motor” kala itu. Namun, baik di penulisan naskah atau penyutradaraannya, Jeff Nichols tampaknya lebih memilih bentuk penuturan yang subtil, jauh dari kesan meluap-luap.

Berbekal tatapan mata yang kaya rasa dan gestur kecil sebagai penguat, Jodie Comer mampu meresapi emosi dari karakter Kathy, dan menenggelamkan penontonnya dalam perasaan yang sama. Sebuah bentuk kesubtilan akting yang cenderung sunyi di permukaan tapi menyimpan ledakan di dalam, berujung kesuksesan menghidupkan seorang wanita kuat yang penuh ketabahan.

Sementara itu, Austin Butler juga berhasil menghidupkan karakter Benny yang terlihat kuat namun rapuh serta cemas. Serupa Jodie, Austin mampu mengandalkan mata ketimbang kata. Karakter Benny berhasil dibuat tak nyaman dengan pilihan-pilihannya, dan penampilan Austin sanggup menegaskan sikap tersebut selaku bentuk keengganan menempatkan wanita tercintanya di posisi berbahaya. Tanpa banyak bicara, Austin dan Jodie mampu menjalin chemistry, saling bertukar rasa melalui intensitas tatapan tadi.

Jujur saja, penulis tak pernah menjadi penggemar gaya-gaya Jeff Nichols, namun film ini jelas sempurna mewadahi sensitivitasnya. Jeff Nichols mampu mengandalkan kesederhanaan, meniadakan kemubaziran yang biasa terjadi kala ungkapan verbal mendominasi. Pada akhirnya, The Bikeriders adalah sebuah perayaan terhadap kesakralan cinta yang universal dan disajikan tulus, halus tanpa amarah maupun bumbu-bumbu pernyataan yang tak perlu.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Cinta Dalam Ikhlas
Petak Umpet
AFTERMATH
Flow

COMING SOON

Hutang Nyawa
Mothernet
Kuyank
Incredibles 3