Loading your location

Review Twisters: Skala, Intensitas dan Visualnya Juara!

By Ekowi11 Juli 2024

Disaster movie? Manusia melawan alam? Paska film 2012, sudahkah sobat nonton bosan oleh film macam ini? Ataukah justru film jenis ini tetap menjadi film favorit kalian? Lee Isaac Chung, sineas yang tempo hari menggebrak lewat film unggulan Oscar berjudul Minari, kini hadir dengan karya terbarunya berjudul Twisters. Ya, dari judulnya, bisa ditebak bahwa film ini merupakan sekuel (atau tepatnya: sekuel yang dapat berdiri sendiri) dari film pertamanya yang dirilis pada tahun 1996 yang berjudul Twister.

Twisters sendiri berkisah tentang seorang mantan pemburu badai yang bernama Kate Cooper (Daisy Edgar-Jones). Meski masih dihantui oleh trauma karena kekasihnya tewas di depan matanya karena hantaman tornado dahsyat, kini Kate bekerja sebagai peneliti di Badan Cuaca Nasional untuk mempelajari pola badai dengan sistem yang aman.

Namun, Kate harus kembali menghadapi trauma masa lalunya ketika ia ditugaskan untuk menguji sistem pelacakan badai demi menanggulangi bencana yang sering terjadi di Oklahoma. Lantas, sanggupkah Kate menghadapi trauma terbesarnya tersebut?

So yeah, tak jauh berbeda dengan judul-judul lainnya yang digagas dengan pendekatan eksploitatif ke genre-nya, Twisters memang semata-mata menjual pameran kehancurannya. Skrip yang ditulis oleh Mark L. Smith ini sedikit banyak memang masih mencoba menyisipkan sisi ilmiah dalam penjelasan serangan tornado ini, namun jangan pernah berharap lebih ke plot-nya.

Karena, secara klise, lagi-lagi film ini kembali mengulik elemen-elemen yang sering dijumpai pada film disaster movie lainnya, dengan konflik yang juga digelar secara dangkal untuk menyempilkan sepenggal emosinya. Belum lagi karakternya yang digagas dengan sekenanya, yang dalam banyak sisi membuat plot-nya berkali-kali terasa “no brainer”.

Tapi, jangan tanyakan soal eksploitasi disastrous scene-nya. Dengan bujet produksi sebesar 200 juta US Dollar, semua efek visual dalam film ini sanggup digarap dengan taktis. Efek visual kala angin tornado menyapu manusia serta bangunan, tampil dengan sangat luar biasa. Semua terasa seperti “first class production”, dibantu oleh scoring yang sangat intens dari Benjamin Wallfisch, Twisters berhasil memvisualkan penghancurannya di level yang sama sekali tidak main-main.

Tornado yang ditampilkan di sini benar-benar memiliki skala dan intensitas yang berkali-kali lipat jauh lebih dahsyat dari apa yang kita lihat puluhan tahun lalu lewat film Twister. Bahkan secara solid belum pernah ada di sejarah genre ini sebelumnya. Tornado disaster had never been this fun. Period!

Jadi, apa yang sebenarnya mengundang sobat nonton datang ke bioskop untuk menyaksikan Twisters kalau bukan keberadaannya sebagai sebuah disaster porn? Dalam hal ini, percayalah, Twisters akan membawa sobat nonton ke sebuah pengalaman sinematik yang belum pernah ditemukan sebelumnya dalam genre-genre sejenis.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Puang bos
Flow
Cinta Dalam Ikhlas
Heretic

COMING SOON

The Quintessential Quintuplets Specials 2
Bardovi
Paddington in Peru
Gaza