Review Kang Solah from Kang Mak X Nenek Gayung: Lebih Komikal dan Emosional dari Film Pertamanya
Sebelumnya, penulis harus berkata jujur, bahwa Kang Mak yang dirilis pada tahun lalu benar-benar dibuat oleh orang-orang yang memahami hal apa saja yang mesti dipertahankan dan dimodifikasi dalam sebuah remake. Berkatnya, proyek yang cukup nekat ini, karena membuat ulang film populer asal Thailand yang berjudul Pee Mak, justru berhasil menjadi suguhan yang meramaikan seisi studio bioskop dengan tawa penonton.
Kini, rumah produksi Falcon Pictures melanjutkan kisah tersebut melalui film terbarunya yang bertajuk Kang Solah from Kang Mak X Nenek Gayung. Menariknya, film ini juga menjadi proyek crossover pertama dari Falcon dengan Maxima Pictures, melalui karakter ikonik Nenek Gayung.
Kisah dalam film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung bermula ketika Solah Vincenzio (Rigen Rakelna) pulang ke kampung halamannya dengan ditemani sahabat-sahabatnya, yaitu Fajrul (Indra Jegel), Jaka (Tora Sudiro), dan Supra (Indro Warkop). Solah membayangkan kepulangannya akan disambut meriah layaknya seorang pahlawan yang pulang setelah berjuang keras. Namun, kenyataan jauh dari harapannya.
Bukannya dielu-elukan, Solah justru dianggap sebagai sosok menyeramkan. Kekecewaan Solah semakin bertambah setelah mengetahui gadis yang ia cintai sejak lama, Dara Gonzales (Davina Karamoy), justru akan dinikahkan dengan adik kandungnya sendiri, Iqbal (Kenzi Taulany). Di tengah kekecewaan itu, muncul sosok Nenek Gayung yang membawa teror bagi warga desa terutama pernikahan Dara dan Iqbal.
Sosok hantu pemandi jenazah yang dikenal menakutkan tadi sedang memburu korban baru untuk dimandikan. Satu-satunya cara menghentikan teror tersebut adalah dengan bermodalkan keberanian Solah dan teman-temannya untuk menghadapi Nenek Gayung secara langsung. Berhasilkah mereka?
Layaknya film pertamanya, humor dalam film ini pun cukup sering menemui sasaran berkat penampilan para pemainnya, terutama trio sahabat Solah. Indro, Tora, dan Indra Jegel saling berceloteh, mampu melempar kelakar layaknya sekelompok orang yang sudah bertahun-tahun melucu bersama.
Masing-masing dari mereka pun telah memiliki peran pasti. Indra dan Rigen sebagai ujung tombak (baca: paling sering melakukan kebodohan), Indro menambah daya humor yang keduanya lontarkan tadi, sedangkan Tora sebagai karakter yang cenderung lebih serius dihadirkan sebagai penyeimbang.
Kredit lainnya juga patut diberikan kepada sang penulis skenario, Alim Sudio. Alim kembali menerapkan modifikasi narasi di beberapa titik, dengan tujuan "melokalkan" film ini. Dan hal tersebut berhasil dilakukannya secara mulus, sebagaimana telah sering dilakukan oleh Alim di berbagai remake yang ia tangani, terutama pada film remake Hello Ghost yang juga dirilis oleh rumah produksi yang sama.
Sobat nonton juga tak perlu mempermasalahkan akurasi, baik dari cara bicara karakter yang ada kalanya terlalu kekinian, atau kehadiran hal-hal yang semestinya belum eksis di masa film ini mengambil latar waktu. Karena serupa film pertamanya, Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung sesekali kembali memakai gaya absurd dalam melucu, yang tak jarang mengesampingkan akurasi tadi atas nama komedi. Dan hal tersebut bukanlah suatu kekeliruan.
So, jauh lebih komikal serta emosional dari film pertamanya, membuktikan bahwa keputusan meng-crossover film humor populer nan berkualitas tidak selalu menjadi sebuah misi bunuh diri. Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung juga turut menyelipkan "penghormatan" kepada film aslinya lewat beragam candaan yang tersalurkan dengan begitu smooth.