Review Keadilan: Rio Dewanto dan Reza Rahadian Tampil Solid

Keberadaan hukum adalah untuk menciptakan keadilan, namun apa jadinya jika hukum itu sendiri dikendalikan oleh pihak yang berkuasa? Apakah masih ada keadilan di dalamnya? atau ia hanyalah formatilas belaka untuk menutupi kemunafikan manusia? Masih pantaskah sang penyeleweng keadilan itu disebut sebagai manusia?
Film Keadilan sendiri akan menampilkan wajah ketika keadilan sudah dipermainkan, maka manusia bisa melakukan hal-hal di luar batas moralnya untuk melawan sistem yang sudah rusak. Karena pada dasarnya, sistem yang rusak bisa dilawan dengan tiga hal, pertama: melawannya dengan kebenaran, kedua: masuk ke dalam sistem tersebut, dan ketiga: melawan dengan cara yang salah.
Film Keadilan berkisah tentang Raka (Rio Dewanto) yang bekerja sebagai petugas keamanan sebuah pengadilan. Setiap hari ia melihat proses hukum yang tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Kasus-kasus yang seharusnya menjadi ruang untuk mencari kebenaran, justru berubah menjadi permainan uang, lobi politik, dan kekuasaan.
Tak jarang Raka melihat tersangka dengan bukti kuat bisa lolos begitu saja, sementara orang kecil terus menjadi korban. Meski kecewa, ia tetap menjalankan tugas dengan patuh, menjaga harapan kecil bahwa suatu hari hukum bisa kembali berpihak pada kebenaran. Kehidupan Raka kian terguncang ketika istrinya, Nina (Niken Anjani), menjadi korban serangan yang meninggalkan trauma mendalam. Meski bukti mengarah jelas kepada pelaku, proses hukum tidak berjalan sederhana.
Pelaku yang diduga bertanggung jawab adalah anak dari pejabat kaya dan berpengaruh. Alih-alih menghadapi hukum, ia mendapatkan perlindungan melalui jaringan kekuasaan. Di balik ruwetnya persidangan, hadir Timo (Reza Rahadian), seorang pengacara yang sangat lihai membaca celah hukum. Namun, kelihaiannya digunakan untuk melindungi pelaku. Timo memutarbalikkan narasi, merusak kredibilitas saksi, dan menggiring opini agar persidangan menguntungkan kliennya.
Lantas, apa tindakan selanjutnya dari Raka untuk membuka jalan bagi kebenaran? Atau, apakah tindakan tersebut justru menyeretnya pada konsekuensi yang akan menghancurkan hidupnya?
Bisa dibilang, penulis cukup suka dengan konsep film ini yang sensitif namun dibawakan dengan sejujurnya, walau dalam eksekusinya masih banyak yang harus dievaluasi, mulai dari beberapa bagian yang terasa terburu-buru, kualitas cast-nya yang tidak merata, serta beberapa kesalahan minor seperti dialog yang dibawakan dengan sangat kaku.
Secara tone, film ini memang membawa aura thriller khas Korea Selatan yang kental, apalagi di beberapa adegan kejar-kejaran dengan gaya one-take yang intens. Rio Dewanto dan Reza Rahadian pun tampil solid. Rio benar-benar menunjukkan sosok suami yang patah tapi tetap marah, sementara Reza berperan sebagai pengacara arogan yang penuh percaya diri dalam “mengakali” sistem peradilan.
Walaupun sekuen ruang sidangnya kadang terasa kurang rapi, karena argumen-argumennya gampang dibantah dan dialognya beberapa kali terdengar kaku, namun film ini tetap berhasil memberi tekanan emosi tanpa jeda. Ya, film ini merupakan tipe tontonan yang lugas, karena sang pembuat seperti sengaja menggiring sobat nonton untuk ikut gerah dengan hal-hal yang berbau ketidakadilan.
Pada akhirnya, film Keadilan, atau yang diberi judul internasional The Verdict, amat berhasil dalam memberi gambaran dunia fiktif yang terasa sedikit lebih adil dari dunia nyata yang ironisnya, justru itu yang membuat filmnya makin terasa menusuk di hati saat menontonnya.








