Review Five Nights at Freddys 2: Desain Produksinya Juara!!!

Five Nights at Freddy’s merupakan seri video game populer yang pertama kali dirilis pada tahun 2014 silam. Video game bergenre survival horror karya Scott Cawthon ini sebetulnya memiliki plot yang sangat sederhana, yakni seorang pemain harus bisa bertahan selama lima malam di Freddy Fazbear’s Pizza dengan teror animatronik ‘berhantu’. Game tersebut lantas diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama yang dirilis 2 tahun lalu dan berhasil menerima resepsi yang cukup bagus dari para penontonnya.
Kini, sekuelnya yang berjudul Five Nights at Freddy’s 2 siap membawa sobat nonton memasuki babak baru yang lebih kelam, penuh misteri, dan pastinya jauh lebih menegangkan. Masih digarap oleh Emma Tammi, sekuel ini akan berlatar satu tahun setelah insiden supranatural di Freddy Fazbear's Pizza, di mana lokasi tersebut kini hanya tinggal kenangan dan berkembang menjadi urban legend yang misterius.
Mike Schmidt (Josh Hutcherson) dan Vanessa (Elizabeth Lail) memilih untuk menyembunyikan seluruh kejadian sebenarnya dari Abby (Piper Rubio), adik Mike yang masih berusia 11 tahun, demi melindunginya dari trauma. Namun, semuanya berubah ketika Abby diam-diam kembali ke tempat itu dan bertemu lagi dengan Chica (Megan Fox). Tindakannya memicu rangkaian teror baru yang lebih intens, dan membuka tabir masa lalu yang lebih kelam dari yang pernah mereka bayangkan. Perlahan, rahasia gelap itu pun mengemuka. Lantas, mampukah Mike dan Vanessa menghentikan ancaman lama yang kembali bangkit?
Sejatinya, presentasi terbaik dari adaptasi ini adalah desain produksinya. Terutama dalam membawa Freddy Fazbear’s Pizza sebagai latar utama. Desain restoran pizza anak-anaknya berhasil menyajikan estetika restoran sekaligus arcade terbengkalai yang cukup menyeramkan. Sekuel ini juga lagi-lagi mampu memberikan usaha lebih dalam membangkitkan karakter animatronik ikoniknya dengan animatronik sungguhan. Meski gerakan animatorniknya cukup terbatas, namun justru itu yang membuatnya menjadi realistis.
Sementara itu, Five Nights at Freddy’s 2 seharusnya bisa menjadi kesempatan terbaik untuk memasukan jumpscare yang sempurna, karena trik tersebut yang membuat video game horor ini sangat terkenal. Adegan prolognya juga sudah menunjukkan ketegangan dan jumpscare yang cukup serupa dengan materi sumbernya. Sayangnya, di menit-menit selanjutnya, film ini seperti melewatkan kesempatan untuk mengeksploitasi trik jumpscare-nya tersebut.
Selain itu, pada babak-babak pertama, Five Nights at Freddy’s 2 juga sempat memikat dan membuat kita penasaran. Namun, memasuki babak pertengahan, ada perubahan plot yang mungkin akan membuat sobat nonton bingung dengan eksekusi horornya. Akhirnya, pada titik tersebut, cerita mulai terasa membosankan. Adegan reveal-nya pun jadi terasa underwhelming. Bagi sobat nonton yang sudah lihai memprediksi alur film horor, pasti sebetulnya sudah bisa menebaknya dari awal.
Penggemar gamenya mungkin bakal dipuaskan oleh fan service yang kembali dihadirkan di film ini,sekuel ini menghadirkan berbagai aspek yang bisa dibilang cukup akurat dengan gamenya, walau ada beberapa modifikasi pada karakter untuk membuat kejutan pada ceritanya. Namun, bagi sobat nonton yang tidak mengikuti gamenya, Five Nights at Freddy’s 2 mungkin saja masih belum bisa dibilang menghadirkan pengalaman yang maksimal sebagai sebuah film horor.
Secara keseluruhan, Five Nights at Freddy’s 2 masih berusaha terlalu keras dalam upayanya menyenangkan hati para penggemarnya. Kredit lebih bagi presentasi desain produksi lokasi dan animatroniknya. Begitu pula penampilan karakter-karakter game yang tidak terduga akan muncul di dalamnya. Walaupun, masih terlalu banyak referensi yang ingin dicakup, serta usaha memodifikasi cerita yang terlalu rumit yang pada akhirnya tidak saling mendukung dan jatuhnya malah membosankan.








