Loading your location

Review The Carpenter's Son: Akting Nicolas Cage Oke, Tapi...

By Ekowi14 Desember 2025

Film terbaru aktor kawakan Hollywood, Nicolas Cage, yang berjudul The Carpenter's Son sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film ini mengisahkan sebuah keluarga yang harus bersembunyi. Keluarga ini terdiri dari Si Tukang Kayu (Nicolas Cage), Sang Ibu (FKA Twigs), dan Si Anak Laki-laki (Noah Jupe). Si Anak Laki-laki mulai mempertanyakan walinya, Si Tukang Kayu dan menemukan kekuatan luar biasa karena telah dipengaruhi oleh seorang anak misterius.

Menurut penulis, karya terbaru sutradara Lotfy Nathan ini bukanlah film yang mudah dicerna, apalagi jika sobat nonton mengharapkan drama religius yang konvensional dan bukan beragama Kristen. Mengambil inspirasi dari Infancy Gospel of Thomas, teks apokrif yang kontroversial, film ini menyajikan kisah masa remaja Yesus (Si Anak Laki-laki) dengan balutan horor supranatural yang gelap dan cukup mendalam.

Produksi terbaru Magnolia Pictures ini juga terbilang berani menyentuh gagasan humanis seorang tokoh suci hingga ke titik keraguan, dosa, dan kekerasan batin, sesuatu yang, menurut penulis, pasti akan memicu debat. Sang sutradara tidak hanya mengisi kekosongan tahun-tahun awal Yesus, tapi juga mengubahnya menjadi medan pertempuran spiritual dan psikologis yang intens.

Selain itu, penampilan akting Nicolas Cage juga layak diacungi jempol. Menurut penulis, bintang Ghost Rider itu berhasil membawakan karakter ayah yang penuh beban, diliputi ketakutan, dan tengah mengalami krisis iman. Ia adalah seorang pria yang mencoba melindungi putranya dari dunia yang ganas, termasuk dirinya sendiri.

Dari segi visual, The Carpenter's Son pun tampil cukup prima. Menurut penulis, film ini mampu suasana Mesir era Romawi yang sunyi, suram, dan tidak ramah. Penggunaan cahaya natural yang redup dan palet warna yang muram menegaskan rasa isolasi dan keputusasaan yang dialami keluarga tersebut. Tapi, itu tidak koheren dengan penggunaan CGI untuk adegan-adegan tertentu yang justru kurang meyakinkan.

Di sisi lain, terlepas dari sisi positif yang ada, ritme penceritaan film ini terasa lambat, bahkan bertele-tele, sering kali mundur sebelum ketegangan horor yang dibangun benar-benar memuncak. Hal ini menciptakan tone yang tidak konsisten, bergerak antara drama, horor, dan unsur religi tanpa sepenuhnya berhasil menyatukan semuanya alias kabur.

Tapi, meskipun tak tampil sempurna, film ini tetap mampu menawarkan pandangan yang tidak ortodoks tentang beban ketuhanan, trauma keluarga, dan pertentangan iman, menjadikannya tontonan yang pasti akan menjadi film kultus di masa depan bagi penonton yang terbuka terhadap rekontekstualisasi sejarah yang dinilai sakral.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Five Nights at Freddy's 2
Legenda Kelam Malin Kundang
Agak Laen: Menyala Pantiku!
Sisu: Road to Revenge

COMING SOON

TITIP BUNDA DI SURGA-MU
The SpongeBob Movie: Search for SquarePants
Andong Pocong
Medium Ugly