Review The Toxic Avenger: Sajian yang Menyenangkan dan Menghibur dari Awal sampai Akhir

Pekan ini mungkin jadi pekan yang cukup menarik, karena pada pekan ini ada sebuah film superhero yang sangat ditunggu-tunggu. Bukan film superhero biasa, tapi pekan ini ada satu karakter superhero yang akan menghentak layar lebar berjudul The Toxic Avenger.
Film ini sendiri merupakan reboot dari karya kultus Troma Entertainment tahun 1984 yang dulu dikenal karena kegilaannya dan pesan satir yang berani. Kini, di tangan sutradara Macon Blair, kisah sang pahlawan mutan ini dihidupkan kembali dengan gaya baru yang memadukan aksi brutal, humor gelap, dan sindiran tajam terhadap kerakusan korporasi.
The Toxic Avenger berkisah tentang Winston Gooze (Peter Dinklage) yang merupakan petugas kebersihan di perusahaan farmasi korup bernama BTH. Hidupnya penuh tekanan setelah sang istri meninggal, sehingga membuatnya harus berjuang sendirian membesarkan anak tirinya, Wade (Jacob Tremblay).
Dunia Winston kian hancur saat ia mengetahui dirinya mengidap penyakit otak langka dan hanya memiliki waktu setahun untuk hidup. Di tengah keputusasaannya tadi, Winston terlibat kecelakaan saat membersihkan limbah beracun di pabrik tempatnya bekerja. Tubuhnya lalu berubah drastis menjadi makhluk mutan superkuat dan menjijikkan bernama The Toxic Avenger.
Namun, di balik wujud barunya, Winston lantas menemukan kekuatan untuk melawan. Ia bangkit untuk menghadapi Bob Garbinger (Kevin Bacon), CEO BTH yang kejam, beserta antek-antek kriminalnya yang selalu menindas rakyat kecil.
Ya, tentu saja The Toxic Avenger akan membawa semua aspek yang sudah diantispasi sebelum perilisan filmnya. Dark humor hingga analogi-analogi tak masuk akal, semua sudah jadi satu paket yang wajib dan bahkan memang telah ditunggu oleh para penggemarnya. Tak heran jika film ini diberi rating dewasa. So, anggapan bahwa film bertema superhero selalu bisa ditonton oleh semua umur akan dimentahkan oleh film ini.
Lalu, sekeras dan sekasar apa adegan action yang dihadirkan di film ini ? Mungkin untuk sekadar penggambaran, secara aksi film ini bisa disandingkan dengan film Kick Ass namun dengan level yang sedikit lebih “murahan”. Banyak adegan baku hantam bersimbah darah, yang akan memaksa sebagian orang untuk menutup mata atau mulut karena terlalu mengerikan.
Tidak banyak komentar bagi Peter Dinklage yang berperan sebagai The Toxic Avenger. Karena kelihatannya, sang aktor memang sudah sangat senang mendapatkan kesempatan untuk memerankan karakter yang ia mainkan kali ini. Sehingga semua penjiwaan untuk karakter The Toxic Avenger sudah cukup melekat dan terasa maksimal.
Pada akhirnya, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa film ini merupakan sebuah fans service bagi para penggemarnya. Pengambilan keputusan ini mungkin saja memiliki sisi positif dan negatif. Secara positif, film ini berkali-kali sukses mengundang tawa karena tingkah laku dan dialognya yang sembrono.
Namun sisi minusnya, tentu saja ada di bagian naskahnya. Meski naskahnya yang penuh guyon ini telah disusun dengan sungguh-sungguh, tapi pada akhirnya memang hanya berakhir dangkal. Naskah The Toxic Avenger memang menangkap banyak bahan sindiran modern dan diaplikasikan dengan cukup tepat. Sayangnya, tidak ada kebaruan atau suatu kedalaman dan hanya akan berakhir dengan sebuah kalimat tanya, "so, what?".
Tapi tetap, bagi sobat nonton yang memang telah familiar dengan karakter aneh ini, maka The Toxic Avenger adalah sebuah tontonan yang sangat menghibur dari awal hingga akhir. Oh ya, film ini juga memiliki adegan post credit yang terletak di bagian paling akhir ya. Jadi jangan beranjak dari tempat duduk hingga end credit selesai bergulir.








