Loading your location

Review Inang: Sajian Horor Beda dari Fajar Nugros

By Ekowi15 Oktober 2022

Biasa menggarap film-film dengan genre komedi dan drama, sutradara kawakan Fajar Nugros kini coba menyeberang ke genre barunya, horor. Ya, Inang adalah proyek film horor perdana bagi dirinya. Berhasilkah ia?

Cerita dalam film Inang berpusat pada tokoh bernama Wulan (Naysila Mirdad). Dia adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai kasir supermarket. Kisah bermula saat Wulan ditinggalkan kekasihnya saat dia sedang hamil. Meski berat, Wulan memutuskan untuk merawat calon buah hatinya dan enggan untuk mengambil jalur aborsi.

Hal tersebut membuatnya harus bertanggung jawab atas kandungannya seorang diri. Karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki, ia pun mencari solusi secara online. Hingga akhirnya Wulan menemukan grup di media sosial yang diklaim pendirinya sebagai tempat berkumpul online bagi kelompok relawan pro-life. Kelompok itu mengaku terbiasa membantu ibu hamil yang sedang mengalami situasi kurang beruntung.

Berkat info dari grup tersebut, Wulan bertemu dengan keluarga kaya yang bersedia mengadopsi anaknya setelah lahir. Mulai saat itu juga, ia tinggal bersama dengan keluarga tersebut hingga hari persalinan tiba.

Namun, tanpa sepengetahuan Wulan, ternyata keluarga tersebut mempunyai rencana rahasia yang sangat keji kepada Wulan dan bayinya. Rencana keji itu akan dijalankan tepat pada hari kelahiran bayi yang dikandung Wulan.

Ada satu pakem tak tertulis yang sudah diikuti oleh ratusan sutradara dan telah diamini puluhan tahun lamanya; bahwa sebuah film bergenre horor thriller dan sejenisnya, haruslah gelap atau minimal bersetting remang-remang. Ditambah dengan jumpscare sesosok hantu menyeramkan atau seorang psikopat berdarah dingin yang mengintai di balik bayang-bayang.

Setidaknya pakem semacam itulah yang nyatanya terjadi di industri perfilman baik dalam negeri maupun luar negeri beberapa dekade ini. Meski, tidak semua film bergenre horror thriller dan sejenisnya yang mengikuti pakem tadi berhasil meneror para penonton.

Seperti menyadari bahwa racikan gelap nan mencekam itu tak menjamin kengerian sebuah film horor, sutradara Fajar Nugros datang dengan Inang-nya. Meskipun bukan sutradara pertama yang mencoba mendobrak pakem kolot tadi, Inang dinilai cukup berhasil menyuguhkan horor dan kengerian di siang bolong, tepat di bawah cahaya matahari.

Dalam Inang, Fajar Nugros sedang menyuguhkan horror yang lain. Bukan horor yang banjir jumpscare dan bernaung di balik kegelapan, namun horor yang justru datang dari perasaan kita sendiri yang mencerna adegan demi adegan yang hampir 80% berlangsung di tengah hari bolong. Horor yang ditawarkan di sini tidak menyerang syaraf ketakutan secara langsung dan membabi buta, namun menyerang psikologis secara perlahan dan hati-hati.

Secara alur cerita, produksi terbaru IDN Pictures ini cenderung berjalan lambat. Bahkan terasa membosankan untuk beberapa saat. Namun, inilah salah satu ciri horor berkelas. Mereka tidak perlu terburu-buru menyajikan kejutan-kejutan. Pelan-pelan dan kemudian menghentak penonton dengan adegan-adegan mengerikan.

Pada dasarnya, Inang akan sangat memainkan emosi dan perasaan para penonton. Teknik pengambilan gambar, mimik wajah setiap pemerannya dan gerakan-gerakan yang mereka buat semuanya diatur dengan rapi yang mampu membuat penonton tertegun menyaksikan setiap adegan. Intinya adalah, tetap bertahan menyaksikan Inang hingga akhir, dan barulah sobat nonton akan mengerti apa yang hendak disampaikan oleh pembuat film ini.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Glenn Fredly: The Movie
The Architecture of Love (TAOL)
Challengers
Badarawuhi di Desa Penari

COMING SOON

LAFRAN
Saat Menghadap Tuhan
Strange World
UNDER PARALLEL SKIES