Review Perempuan Bergaun Merah: Hadirkan Teror Nyaris Tanpa Jeda
Mengapa kualitas horor lokal tak berbanding lurus seiring dengan peningkatan kuantitasnya belakangan ini? Kemungkinan besar karena mayoritas pembuatnya, meski sering menonton horor, tidak menaruh rasa cinta terhadapnya, sehingga kurang memahami seluk-beluknya akibat miskin referensi.
Pasalnya, horor sendiri beraneka ragam cabangnya. Dari trashy sampai artsy, dari slasher sampai supranatural. Selain Joko Anwar yang sudah kita saksikan pembuktiannya lewat Pengabdi Setan, ada Timo Tjahjanto yang sebelumnya mempersembahkan Rumah Dara (sebagai Mo Brothers bersama Kimo Stamboel) juga Safe Haven (berduet dengan Gareth Evans) selaku segmen dalam antologi V/H/S/2 (2013). Dan dwilogi yang makin mengibarkan namanya, Sebelum Iblis Menjemput.
Kini, Timo memproduseri film horor bertajuk Perempuan Bergaun Merah. Ia mengajak rekannya di dunia periklanan, William Chandra, untuk duduk di kursi sutradara. Kisah dalam film Perempuan Bergaun Merah sendiri dimulai ketika Dinda (Tatjana Saphira), harus kehilangan sahabatnya, Kara (Stella Cornelia), tanpa ada sebab yang jelas.
Suatu malam, Dinda, Kara dan teman-teman lainnya menghabiskan waktu bersama. Tiba-tiba, Kara menghilang secara misterius dan keberadaannya pun menjadi misteri. Dinda kemudian mulai mengalami kejadian aneh sejak sahabatnya itu menghilang. Dia dihantui oleh sosok roh jahat berwujud perempuan bergaun merah.
Meski nyawanya terancam, kepedulian Dinda terhadap adik dan teman-temannya membuat Dinda pantang menyerah untuk memecahkan misteri yang dihadapinya. Nyawa Dinda pun terancam, tak hanya dari sosok jahat bergaun merah itu saja, tapi juga dari orang-orang yang berusaha merahasiakan kejadian di malam sahabatnya menghilang.
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan seputar film yang menulis nama Timo Tjahjanto di credit-nya tentu saja terkait kadar gore. Sebab berkat itulah karya Timo banyak digandrungi pecinta horor. Sebelum Iblis Menjemput boleh jadi tidak seeksplisit Rumah Dara, pun tak menumpahkan darah sebanyak itu, namun cukup untuk membuat sobat nonton meringis ngeri sambil menutup mata.
Dalam film ini, beberapa elemen gore berfungsi melengkapi jump scare, yang dikemas agar tidak asal mengagetkan, dan lebih berdampak. Saat sang iblis menyeret tubuh karakternya, kita melihat bagian tubuh si karakter terlepas, sebagai akibat usaha melarikan diri. Iblis di sini muncul bukan cuma untuk setor muka, melainkan ada usaha nyata mendatangkan maut bagi korbannya.
William Chandra memang melakukan pemanasan terlebih dahulu lewat prolognya yang memang terkesan mengulur-ulur waktu. Tapi, selepas 30 menit film berjalan, William langsung melepas segala-galanya tanpa tedeng aling-aling. Alhasil, kesempatan untuk mengatur nafas seketika akan lenyap.
Teror yang digebernya terus mengalami eskalasi dari sisi ketegangan dan kegilaan di setiap menitnya. Apa yang sobat nonton anggap menyeramkan di separuh awal, bisa jadi belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang akan sobat nonton jumpai di paruh-paruh selanjutnya.
Perempuan Bergaun Merah boleh saja tidak menawarkan kelokan berarti pada narasinya, tapi film ini senantiasa memberi kejutan dalam hal performa jajaran pemain dan teror. Kejutan dari sisi akting tersebut turut berimbas pula ke permainan terornya yang terjaga konsisten dari awal hingga akhir.
Memang, rentetan adegan klasik khas film horor masih jamak sobat nonton jumpai di sini. Bahkan, William Chandra juga bermain-main dengan jump scares klise untuk membuat penonton terlonjak dari kursi. Akan tetapi yang kemudian menghindarkannya dari kesan murahan serta menjengkelkan adalah pengemasannya yang cukup berkelas.
Si pembuat film pun tidak mengeluarkan formula di atas secara tiba-tiba alias hanya bermodalkan trik 'asal kaget', melainkan ada proses menuju ke sana yang sebetulnya sudah bisa kita antisipasi apabila menaruh atensi pada narasi. Keterampilan William dalam mengatur waktu kemunculan, kemampuannya memoles kembali trik-trik usang sehingga membuatnya terlihat segar, serta sokongan elemen teknis seperti penyuntingan, sinematografi, dan tata rias menjadi kunci keberhasilannya di sini.
Pada akhirnya, walau adegan-adegan menyeramkannya tak seikonik Pengabdi Setan misalnya, namun Perempuan Bergaun Merah mampu menghadirkan deretan teror 'keras nan gila' disertai akting, elemen teknis dan narasi mumpuni yang seketika mempersilahkannya berdiri di jajaran horor terbaik tahun ini.