Review She Said: Film Jurnalisme yang Memikat
Kata "revolusioner" dewasa ini semakin sering dianggap sebagai sebuah keharusan dalam membuat karya apapun, tidak terkecuali film. Bagi sebagian kalangan, kemasan klise sama artinya dengan miskin kreativitas dan eksplorasi. Penulis setuju-setuju saja kepada anggapan pentingnya mendobrak batasan demi menyuguhkan sajian baru untuk penonton tadi.
Namun sayangnya, kegilaan meraih sebutan "revolusioner" tadi membuat banyak sineas lupa kepada basic esensial dalam storytelling. She Said karya sutradara Maria Schrader ini bisa jadi contoh bagaimana sebuah film bisa begitu memikat karena memenuhi hakikatnya sebagai film jurnalisme yang patuh dan setia kepada hal esensial di atas.
Memangnya apa sih esensi dari film jurnalisme? Bagi penulis, serupa dengan pentingnya pewartaan, di mana konsumen bisa memperoleh informasi yang tidak hanya baru, tapi juga penting dan jujur. Tentu kisah di balik layar berisi penelusuran fakta tak boleh dilupakan begitu saja.
Kisah dalam film She Said sendiri akan berkisar tentang dua reporter New York Times, Megan Twohey (Carey Mulligan) dan Jodi Kantor (Zoe Kazan), saat mereka mencoba memecahkan masalah yang pernah heboh dari seorang produser film Hollywood terkenal: Kisah skandal seks Harvey Weinstein.
Beberapa aktris dan model diketahui telah mulai mengajukan tuntutan hukum terhadap Harvey Weinstein, atas tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap mereka. Gugatan pertama muncul pada Oktober 2017, dan serangkaian gugatan lainnya pun ikut menyusul.
She Said berjalan selama sekitar 2 jam 15 menit dengan intensitas yang mampu terjaga di sepanjang durasinya. Ada satu hal paling dominan yang menghiasi investigasi kedua tokoh utama di sepanjang film ini, yakni bertemu dengan para narasumber. Bagian tersebut muncul berulang kali tapi tidak sedikitpun terasa repetitif karena seperti sebuah berita berbobot, selalu ada fakta baru yang dilontarkan kepada sobat nonton.
Fakta-fakta mencengangkan tentang noda hitam dalam sistem hukum serta penyalahgunaan wewenang juga berhasil mencabik-cabik perasaan kita semua, dan menjadikan She Said bukan sekadar penelusuran kosong belaka tanpa adanya emosi. Kita semua bisa ikut merasakan bagaimana karakter utama kita marah dan jijik pada si antagonis, lalu berujung dilema saat rasa percaya akan sistem hukum dan wewenang mulai memudar.
Familiar atau tidaknya sobat nonton terhadap kasus yang dikisahkan dalam film ini menjadi kurang begitu berarti dalam menikmati She Said, ketika sang sutradara berhasil menghadirkan film ini dengan ritme pengisahan yang mengalir dengan baik. Maria Schrader jeli memilih untuk berfokus pada karakter-karakter tertentu saja untuk kemudian menggambarkan sebuah peristiwa dengan pengaruh sosial yang cukup besar.
Maria kemudian membangun kisahnya secara perlahan dan bertahap, membiarkan sobat nonton untuk mengenal setiap karakter utama, motivasi serta latar belakang kehidupan mereka, serta situasi ruang kerja sang tokoh utama untuk kemudian menghasilkan kaitan emosional yang kuat.
Dengan bangunan awal yang cukup solid, paruh ketiga film di mana karakter Harvey Weinstein akhirnya mulai menghadapi berbagai konsekuensi atas tindak kejahatannya justru terasa sedikit terburu-buru. Sang sutradara mungkin meniatkan elemen tersebut untuk menghadirkan kesan konsekuensi hukum yang lebih pasti pada si karakter antagonis.
Namun, She Said jelas akan terasa lebih istimewa jika perlakuan bangunan kisah yang bertahap, perlahan, dan mendalam seperti yang dilakukan pada dua paruh cerita awal juga diterapkan pada paruh ketiga kisahnya.
Lewat beberapa barisan dialog dan konflik, She Said juga sempat berusaha menyentuh topik tentang posisi kaum perempuan di dunia kerja, toxic masculinity, hingga berbagai isu feminisme lainnya. Sayang, tema-tema tersebut lebih banyak dijadikan unsur dekoratif pada jalan cerita film daripada mendapatkan eksplorasi yang lebih mendalam.
Tapi percayalah, She Said tetap tidak pernah terasa kehilangan daya tarik pengisahannya, khususnya berkat penampilan prima dari Carey Mulligan dan Zoe Kazan, serta seluruh pengisi departemen aktingnya.
Pada dasarnya, sinema dapat menjadi sumber hiburan. Tapi lebih dari itu, sobat nonton juga bisa belajar tentang banyak hal. Memperoleh pengetahuan baru mengenai apapun merupakan salah satu alasan mengapa kita semua mencintai film. Dan She Said berhasil memberikan hal tersebut, serta memperluas pengetahuan kita lewat perspektif yang menengok secara mendalam akan suatu kejadian penting yang pernah terjadi.