Review Bangku Kosong: Ujian Terakhir: Film Potensial yang Kurang Tergarap dengan Baik
Masih ingat dengan film horor berjudul Bangku Kosong? Ya, rumah produksi Starvision mencoba mendaur ulang film produksinya tersebut dengan judul baru Bangku Kosong: Ujian Terakhir. Berkisah tentang momen ujian terakhir siswa kelas 3 SMA Bintang Bangsa, yang berakhir mengerikan. Diawali dari peristiwa brutal kesurupan siswi yang mencelakai siswa lainnya. Tak lama siswa-siswi kesurupan menjadi bertambah banyak, dan korban pun berjatuhan.
Seketika, aula sekolah menjadi ladang pembantaian. Sebagian mencoba lari ke luar, tapi tiba-tiba sekolah telah “tertutup” oleh kekuatan jahat. Puluhan siswa-siswi tewas mengerikan. Kekuatan iblis menyandera dan mengancam nyawa mereka. Kepala Sekolah, Ibu Amanda (Karina Suwandi) segera meminta bantuan Abah Ayub (Teddy Syach) dan asistennya, Nakila (Lania Fira), untuk menyelamatkan sekolahnya. Ternyata, yang mereka hadapi adalah sesosok iblis berkekuatan luar biasa yang berniat menghabisi siapapun di sekolah tersebut.
Menurut penulis, menonton film ini mungkin akan mengingatkan kita pada film Sajen yang juga dirilis oleh rumah produksi yang sama, yang juga bercerita di sebuah sekolah. Pada kedua film, terdapat sebuah rahasia tentang kasus kelam yang disembunyikan rapat-rapat oleh sang kepala sekolah. Jika pada Sajen kasus tersebut adalah bunuh dirinya siswa yang ter-bully, maka pada film ini kasus tersebut diungkap perlahan-lahan. Semula, penulis pun mengira bahwa film ini juga membawa pesan anti-bullying. Namun, pesan tersebut makin sirna seiring dengan terungkapnya rahasia di balik bangku yang diduduki oleh para siswa.
Fiilm pertamanya kuat di sektor naskah dan penceritaan. Sayangnya, sekuel ini justru kebalikannya, lemah dalam semua aspek. Sepanjang film sobat nonton berpotensi akan merasa begitu banyak kekurangan dalam film tersebut. Angsuran kedua ini sama sekali tak mendongkrak film pertamanya yang kala itu sangat booming. Dibuka dengan rentetan kesurupan massal dibalut thriller sadis ala-ala zombie Train To Busan dan Reuni Z yang sangat masif, lalu semuanya benar-benar mendadak sirna setelah pertengahan film.
Kesederhanaan terkait premis dan alur yang mudah ditebak pada dasarnya bukan masalah besar jika di dalamnya ada dinamika dan ritme yang intens, sesuatu yang tidak dipunyai oleh film ini. Secara garis besar, alur Bangku Kosong: Ujian Terakhir bisa dipaparkan menjadi kesurupan, lari-larian, sembunyi, ngobrol-ngobrol sedikit, kesurupan lagi, lari-larian lagi, ngobrol lagi dan begitu seterusnya.
Menurut penulis, Bangku Kosong: Ujian Terakhir sejatinya memiliki potensi yang menarik, mengingat film bertema ini jarang ada di perfilman Indonesia. Sayangnya, Lakonde dan Monty tidak tahu bagaimana mengemas film secara proporsional. Bahkan mencapai titik standar saja masih sulit. Oleh karena itu, film ini pada akhirnya malah dipenuhi dengan candaan kering yang asyik sendiri, horor mentah, serta drama dengan kadar emosional seartifisial pemanis buatan.
Pada dasarnya banyak film di Hollywood sana yang dapat digunakan sebagai contoh bagaimana mengeksekusi sebuah horor yang baik. Tidak harus mengimitasi secara keseluruhan tentu saja, namun bolehlah menjadi referensi sehingga bisa menghindari film ini dari resiko menjadi serba tanggung dan terlihat seperti film kurang berkualitas.