Review Gita Cinta dari SMA: Puitis dan Menggemaskan
Sebuah remake mungkin menjadi sulit kala ia harus mengulang karya dengan status klasik. Jadi tidak heran jika kita sering sekali mendapati reaksi-reaksi skeptis dari audiens zaman sekarang, di mana opini mereka bisa menjangkau pembacanya secara lebih meluas lewat media sosial.
Harus diakui, mau se-cemen apapun orang-orang sekarang menganggap pakem film Indonesia tempo dulu dengan dialog-dialog berbahasa baku plus intonasi yang cenderung sangat datar bila dibandingkan kenyataan sehari-hari, Gita Cinta Dari SMA (1979), arahan Arizal yang diadaptasi dari novel karya Eddy D. Iskandar, adalah salah satu film Indonesia dengan status legendaris.
Kala itu, kuncinya memang ada di dua pemeran utamanya; Rano Karno dan Yessy Gusman, yang meski tak terlalu banyak bermain sebagai on-screen couple tapi dianggap sebagai salah satu pasangan layar lebar paling monumental dalam sejarah film kita. Serta, tentu saja, sentuhan musikal dari Guruh Soekarno Putra yang membuat soundtrack-nya jadi begitu memorable hingga sekarang.
So yes, jauh sebelum Rangga dan Cinta dalam Ada Apa Dengan Cinta?, kita memang punya kisah Galih dan Ratna. Dan kini, rumah produksi Starvision coba menghidupkan kembali kisah legendaris ini ke dalam bentuk remake yang disutradarai oleh Monty Tiwa dengan penulis skenario Alim Sudio.
Gita Cinta dari SMA persembahan Starvision ini tetap mengambil latar tahun 1980-an untuk menceritakan kisah Ratna Suminar (Prilly Latuconsina) dengan Galih Rakasiwi (Yesaya Abraham). Ratna ialah sosok siswi baru yang jatuh cinta kepada siswa cerdas dan jago musik bernama Galih. Awalnya, ia adalah sosok yang dingin dan cuek. Lama-kelamaan, keduanya saling terpikat. Galih dan Ratna tenggelam dalam romansa cinta pertama masa SMA. Namun, hubungan mereka ditentang oleh Ayah Ratna (Dwi Sasono). Berbagai cara dilakukan untuk memisahkan mereka, dari yang wajar hingga tindakan yang keras dan sulit bagi dua insan tersebut.
Jadi, seberapa sulit film ini untuk dibuat ulang? Jawabannya jelas ada pada visi dari kreator barunya. Di tangan sutradara Monty Tiwa, penulis merasa bahwa versi kali ini sukses menanggap esensi terdalam dari tiap jejak historis kisah originalnya. Tanpa melulu untuk berusaha mengulang, Monty sanggup memindahkan karakter-karakternya ke aktualitas generasi sekarang tanpa melupakan elemen-elemen yang membuat film aslinya jadi selegendaris itu.
Ditulis oleh Alim Sudio yang memang sudah berpengalaman di genrenya, Gita Cinta dari SMA versi remake ini mengalir dengan lancar di tangan penyutradaraan Monty Tiwa yang ternyata terasa sangat energik dengan pendekatan yang sedikit berbeda dari film-film yang biasa disutradarainya. Genre romcom mungkin sudah berderet di filmografi Monty. Namun biasanya ia lebih bermain di ranah pasca-remaja yang serba lebih dewasa. Dan Gita Cinta dari SMA benar-benar seperti membawanya ke sebuah energi baru yang terasa sangat fresh.
Di tangan Monty, dialog-dialog yang sebenarnya lebih dahulu mengetengahkan sosok remaja puitis jauh sebelum Rangga bahkan Dilan ini bisa mengalir begitu menggemaskan dalam level-level detil yang berbeda, tanpa sekalipun terasa canggung atau mengganggu. Tak harus pula terikat dengan film originalnya dalam hal gambaran rinci karakter ataupun susah-payah menghindari elemen-elemen klise di genre-nya. Tapi, bagi yang sudah menyaksikan film lawasnya akan paham bahwa ada respek yang tetap dipertahankan dan dibawa Monty ke versi barunya ini.
Menerjemahkan visi Monty Tiwa dengan detil-detil yang mengagumkan, tata kamera dari Jimmy Fajar pun bekerja dengan kuat. Closeup shots ke tiap gestur terhadap aspek-aspek kultur popnya, menjadi bagian yang sangat hidup bersama pemilihan soundtrack dan scoring dari Ricky Lionardi yang dengan sinergi kuat memberi nuansa ke visual dan storytelling milik Monty. Satu hal lagi dari inovasi inventif ini, bahwa Monty dan Ricky tak hanya merasa perlu menghadirkan theme song lawasnya, tapi juga sekaligus menyematnya sebagai homage. Untuk sebuah remake tanpa sekadar menyemat theme song aslinya, ini adalah usaha jenius yang mungkin belum pernah kita temukan di remake-remake lain.
Lagi-lagi, ada banyak romcom remaja kita yang tergolong baik, namun yang sepenuhnya menggantungkan kekuatan cast-nya hanya ke jumlah karakter yang minim, tak banyak. Namun Ginta Cinta dari SMA, dalam segala sisi akan menjadi salah satu yang terbaik di genrenya. Dan ini sama sekali bukan karena inovasi neko-neko yang dibawa Monty Tiwa dalam usaha mendobrak genre ini. Film ini cukup hanya berdiri di atas sebuah elemen-elemen yang sederhana, namun meracik semua formulanya menjadi sebuah produk tepat saji yang sangat enak serta nyaman untuk dinikmati.