Review M3GAN: Ketika Boneka Canggih Berubah Menjadi Mengerikan
Jauh sebelum menakut-nakuti kita dengan entitas iblis, sineas kawakan James Wan lebih dahulu menakut-nakuti kita dengan boneka pembunuh mengerikan. Wan melakukannya pertama kali melalui boneka bernama Billy Jigsaw di film Saw (2004).
Ia lalu kembali menggunakan boneka yang juga ia namai Billy di film berjudul Dead Silence (2007). Atas kesukesan kedua film tersebut, Wan meneruskan kembali obsesinya terhadap boneka pembunuh melalui boneka Annabelle di franchise The Conjuring.
Obsesi Wan tersebut nyatanya kian menjadi-jadi. Pada tahun 2022 ini, ia kembali membuat film horor dengan boneka sebagai obyek terornya yang berjudul M3GAN. Di film ini, Wan hanya bertindak sebagai produser dan penulis naskah. Sedangkan kursi penyutradaraan diserahkan kepada Gerard Johnstone yang sebelumnya sukses membesut Housebound pada tahun 2014 silam.
M3GAN berkisah tentang seorang ahli robot bernama Gemma (Allison Williams). Ia bekerja di sebuah perusahaan mainan. Gemma menggunakan keahliannya ini untuk membuat boneka yang menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Nah, boneka berteknologi AI tersebut lantas diberi nama Model 3 Generative Android, atau disingkat dengan M3GAN. Gemma menciptakan M3GAN sebagai solusi bagi anak yang kerap ditinggalkan orang tuanya bekerja.
Awalnya, semua berjalan dengan enak dan lancar. Namun seiring berjalannya waktu, tiba-tiba boneka M3GAN menjadi malfungsi. Alhasil, M3GAN kini menjadi overprotektif terhadap sang tuan, Cady (Violet McGraw), yang tak lain tak bukan adalah keponakan dari Gemma sendiri yang telah ditinggalkan kedua orangtuanya akibat sebuah kecelakaan. Sifat overprotektif M3GAN ini pada akhirnya menyebabkan banyaknya korban yang berjatuhan.
Harus diakui, pilihan untuk menjauhkan kesan mistis maupun supranatural dari alur pengisahan M3GAN ternyata mampu memberikan dorongan kualitas yang menyegarkan bagi film ini, khususnya ketika seri film Annabelle telah menguasai banyak benak penikmat film dunia saat ini.
Namun, M3GAN masih tetap menghadirkan sentuhan ketegangan konvensional melalui adegan-adegan penuh kekerasan yang sempat menjadikan sub genre ini dahulu begitu mengejutkan sekaligus menyenangkan. Gerard sukses mengolah dan menggarap tiap adegan bernuansa gore dalam film ini dengan kuat. Tak hanya kekerasan, ia juga banyak menyempilkan adegan-adegan jenaka sekaligus satir yang dihasilkan dari tingkah absurd karakter si boneka. Percayalah, setelah menonton film ini, lagu Titanium yang sempat dipopulerkan oleh DJ David Guetta tidak akan sama lagi di telinga sobat nonton.
Terdengar menyenangkan? Tentu saja! Dukungan sinematografi arahan Peter McCaffrey dan Simon Raby mampu membangun atmosfer kelam dan mencekam (namun fun!), serta tata musik garapan Anthony Willis begitu menyita perhatian dengan esensi musik horor yang kuat menjadi elemen lain dalam keberhasilan pengisahan M3GAN.
Sayangnya, modernisasi dalam garapan cerita M3GAN tidak lantas membuat ritme pengisahan film ini berjalan memuaskan. Di luar deretan adegan bernuansa komedi satir serta kekerasan yang menjadi elemen terkuat penceritaan film, M3GAN tampil dengan penggambaran konflik dan karakter yang inkonsisten. Banyak karakter pendukung yang terasa disajikan hanya sebagai pemicu konflik belaka dan lantas menghilang begitu saja saat karakternya tidak diperlukan lagi.
Inkonsistensi juga begitu dapat dirasakan pada tata pengarahan cerita yang diberikan Gerard. Dengan durasi penceritaan selama 100 menit yang sebenarnya cukup singkat, Gerard sering terasa kebingungan untuk menentukan atmosfer pengisahan yang tepat untuk filmnya. Kadang terasa lamban dalam membangun elemen ketegangan namun sering juga tampil terburu-buru untuk mengeksekusi momen-momen penting.
Namun sekali lagi, kekurangan di atas benar-benar terobati oleh tingkah kocak dari karakter M3GAN (tepuk tangan yang meriah untuk Jenna Davis selaku pengisi suara si boneka!) serta third act di film ini. Gerard tidak lagi mau menahan diri. Dilepaskanlah segala amunisi, dan dipacunya tempo secepat mungkin. Gerard sanggup menjembatani momen demi momen, sehingga menghasilkan antisipasi yang tak kalah menegangkan dibanding suguhan kengerian utamanya.
Berlangsung panjang namun tidak berlebihan dan konsisten menjaga dinamika, klimaks film ini layak disebut sebagai wahana horor yang sebenar-benarnya. Dan setelah menonton film ini, pasti banyak di antara sobat nonton yang mengharapkan agar M3GAN suatu saat nanti bisa berhadapan dengan boneka berwatak iblis lainnya, Chucky.