Review Napoleon: Joaquin Phoenix dan Vanessa Kirby Suguhkan Akting Berkualitas
Dengan karir penyutradaraan yang telah berjalan selama lebih dari empat dekade, sineas gaek Ridley Scott memang tidak selalu berhasil menghantarkan kualitas penceritaan yang kuat untuk setiap filmnya. Scott mampu menghasilkan film-film berkelas dan berpengaruh seperti Alien (1979) dan Blade Runner (1982). Namun, di saat yang bersamaan, filmografi Scott juga diisi dengan film-film seperti A Good Year (2006) atau Exodus: Gods and Kings (2014) yang sukar dipercaya dapat datang dari seorang sutradara visioner yang sebelumnya mampu menghasilkan Alien dan Blade Runner.
Dan kini, sambutlah Napoleon. Sebuah film epik periodik yang didasarkan atas kisah hidup Napoleon Bonaparte, sesosok pemimpin yang ambisius, cerdas, dan ahli strategi yang berani melawan koalisi negara-negara Eropa untuk memperluas kekuasaannya.
Film ini akan menelusuri kehidupan Napoleon, termasuk dari asal usulnya yang sederhana di pulau kecil Corsica, Prancis. Beranjak dewasa, Napoleon diberkahi kecakapan militer dan pemikiran strategisnya, yang membawanya naik ke puncak kekuasaan. Tak hanya dari segi militer, Napoleon rupanya juga memiliki hubungan emosional dan rumit dengan Permaisuri Joséphine (Vanessa Kirby).
Walau demikian, pada akhirnya kekuasaan Napoleon Bonaparte harus runtuh. Lantas, apa yang menjadi penyebabnya?
Well, Napoleon sama sekali tidak pernah terasa sebagai sebuah presentasi yang berkualitas rendahan. Scott mampu menghadirkan kekelaman kisah dalam jalan cerita film ini dengan presentasi yang begitu nyata dan… well… cukup mengganggu. 60 menit akhir pengisahan Napoleon mungkin adalah bagian paling terstruktur dalam penceritaan film ini dan Scott berhasil menyajikannya dengan begitu baik sehingga tidak ada satupun penonton yang akan dengan mudah melupakan apa yang baru saja mereka saksikan.
Tapi, keputusan Scott untuk menyajikan film ini dalam tempo pengisahan yang cenderung lamban justru membuat film ini terasa kehilangan banyak momentum emosionalnya. Jalan cerita Napoleon yang bergulir secara perlahan sebenarnya hadir untuk memberikan banyak perspektif pada penonton mengenai karakter-karakter yang dihadirkan. Sayangnya, keputusan yang sama juga membuat genggaman yang diberikan jalan cerita film ini justru menjadi terasa terlalu lemah.
Banyak momen yang harusnya mendatangkan sensasi ketegangan maupun sentuhan emosional kemudian hadir sedikit datar. Beruntung, tata musik garapan Martin Phipps cukup mampu memberikan nyawa bagi banyak momen penting dalam film ini (seperti saat adegan pembakaran kota Moscow). Lambannya pengembangan cerita juga membuat Napoleon terasa bertele-tele dalam berkisah. Banyak bagian film yang sebenarnya dapat dipadatkan untuk menghasilkan ritme pengisahan yang lebih baik lagi. Walaupun pada akhirnya, porsi antara drama percintaan dengan unsur actionnya boleh dibilang sudah seimbang.
Dan sekarang, mari kita lihat dua pemeran utama dalam film ini: Joaquin Phoenix dan Vanessa Kirby. Dua orang dengan kemampuan akting yang jelas tidak perlu diragukan lagi dan Scott berhasil memaksimalkan penampilan keduanya dengan begitu sempurna. Joaquin Phoenix sekali lagi membuktikan bahwa dirinya memiliki jangkauan akting yang begitu luas. Dalam Napoleon, Joaquin diberikan kesempatan untuk hadir dalam penampilan yang cenderung berubah secara emosional dalam setiap tahapan cerita.
Dan terbukti, Joaquin berhasil mengeksekusi setiap perubahan emosional karakternya tersebut dengan sukses. Penonton dijamin akan mampu merasakan bagaimana karakter yang diperankan oleh Joaquin mengalami perubahan dalam jalan pemikiran dan sikapnya hingga turut merasakan rasa putus asa ketika karakternya telah demikian tersudut akibat sebuah keputusan fatal yang diambilnya.
Pada akhirnya, jika sobat nonton merupakan pecinta film-film bernuansa periodik, Napoleon tentu akan memuaskan hasrat sobat nonton. Tapi, harus dipahami sekali lagi bahwa struktur penceritaan yang dimiliki oleh film ini tidaklah konvensional. Jadi, mungkin segelas kopi adalah sahabat yang tepat untuk menemani sobat nonton kala menonton film ini.