Review Para Betina Pengikut Iblis: Konyol, Keren, dan Menyenangkan
Seperti judulnya yang begitu sederhana dan tidak coba untuk rumit ataupun sok pintar, isi filmnya juga tidaklah rumit bahkan cenderung "bodoh". Judul Para Betina Pengikut Iblis memang sudah menggambarkan apa yang akan penonton saksikan dalam 90 menit durasinya. Ceritanya tidak menentukan setting waktunya secara pasti, yang penting dan yang jelas adalah film ini berada di sebuah desa kecil di masa lampau.
Lalu kita semua dikenalkan pada tokoh bernama Sumi (Mawar de Jongh) yang hidupnya amat penuh tekanan dikarenakan harus mengurus ayahnya (Derry Oktami) yang sakit sampai harus diamputasi sebelah kakinya. Lalu muncul sesosok iblis (Adipati Dolken) yang membisikkan berbagai godaan kepada Sumi yang memiliki keinginan menyusul ibunya yang konon telah kabur ke kota. Sumi pun akhirnya menuruti godaan sang iblis dan kembali membuka kedai gulai milik ayahnya, hanya kali ini bukan dengan daging kambing, namun dengan daging manusia.
Sementara Sari (Hanggini) marah tidak karuan saat adiknya diperkosa sampai mati. Murka Sari makin menjadi manakala mayat sang adik dicuri dari kuburnya entah oleh siapa. Kemarahan yang memuncak membuat Iblis juga hadir menggoda Sari dan sukses membuat Sari kembali ke masa lalunya yang kelam demi membalas dendam. Sumi dan Sari pun terhubung oleh sosok seorang pelacur biadab bernama Asih Cempaka (Sara Fajira), salah seorang pemuja iblis dengan sejuta rahasia.
Bagus atau tidaknya film ini tergantung cara pandang sobat nonton kala menontonnya. Jika sobat nonton masih tetap ngotot mengharapkan semua film termasuk karya Rako Prijanto ini haruslah berbobot dan cerdas sekaligus sempurna dalam berbagai aspek entah itu cerita, dialog, hingga logika karakternya serta penceritaannya, maka sobat nonton akan menganggap ini hanyalah sebuah sampah penuh darah tidak jelas.
Tapi, jika sobat nonton bisa menikmati film konyol dan bodoh seperti ini dengan cara meninggalkan berbagai logika dan otak sejenak serta suka dengan sajian usus terburai, darah muncrat dan parade hal-hal aneh nan menjijikkan lainnya, niscaya film ini adalah sebuah suguhan keren dan menyenangkan. Adegan sadisnya ada yang sukses membuat meringis karena ngilu, tapi kebanyakan membuat senyum saya mengembang karena begitu konyol.
Tidak banyak yang bisa dikatakan dari film ini memang. Para Betina Pengikut Iblis memang menjadikan pameran adegan gore sebagai andalannya. Jadi sedari awal hingga akhir, yang akan sobat nonton lihat adalah adegan muncratnya darah sejadi-jadinya, sampai potongan tubuh manusia yang digambarkan amat gampang sekali berhamburan. Sampai-sampai, tim produksi film ini kecolongan hingga memasukkan logika artistik yang konyol, seperti apakah di masa lampau dan di pedesaaan terpencil, sebuah freezer untuk pendingin daging benar-benar sudah tersedia di sebuah rumah penduduk?
Lalu, yang makin membuat penulis tersenyum, Rako Prijanto masih sempat-sempatnya memasukkan unsur religi dengan cara yang berusaha sok cerdas tapi lewat jalan yang juga gila seperti keseluruhan filmnya. Film produksi Falcon Black yang satu ini juga ingin betul terlihat mahal, dan itu nampak dari penataan set dan properti, serta color grading-nya, juga musik garapan Ricky Leonardi yang mengandalkan suara menyayat ala horor/thriller klasik. Namun, di antara semua itu, bolehlah kita berikan credit lebih kepada Mawar de Jongh. Ia terlihat ingin sekali keluar dari zona amannya. Kita mampu dibuat yakin bahwa seolah-olah dirinya memang sudah dirasuki oleh sesosok iblis.
Sekali lagi, Rako rupanya ingin sekali menunjukkan kecintaannya terhadap gore, yang secara mengejutkan kuantitasnya membentang sepanjang film, dan menguatkan kesan tragis dari dua orang karakter utamanya. Namun, andai filmnya hanya berhenti atau berfokus di ranah itu, mungkin penulis masih bisa memaklumi. Tapi sayangnya tidak. Film ini justru masih sempat-sempatnya menambahkan epilog dramatik yang cenderung merusak bangunan intensitasnya. Sesungguhnya epilog ini bisa menambah kengerian sekaligus memantapkan status filmnya sebagai tragedi, jika narasi terkait sebuah ritualnya dikemas lebih rapi dan jelas.