Review Road to Boston: Penuh Makna dan Inspiratif
Film-film dengan tema olahraga sudah mulai banyak dibuat, bahkan di Indonesia sendiri, film dengan tema olahraga ini sudah cukup berkembang. Mungkin yang sering diangkat untuk menjadi sebuah film adalah olahraga sepakbola. Banyak sekali judul-judul yang mengangkat sepak bola sebagai latar belakang masalah mereka.
Lalu bagaimana dengan olahraga lari? Apa yang bisa diangkat untuk dijadikan konflik dalam sebuah film? Toh, olahraga ini tidak memiliki banyak konflik atau intrik. Tak seperti sepakbola yang banyak sekali memiliki sudut pandang cerita sehingga sutradara akan gampang menentukan cerita seperti apa yang akan diangkat dalam sebuah gambar bergerak yang panjang.
Sutradara asal Korea Selatan, Kang Je-kyu, yang tenar sejak melahirkan film monumental Tae Guk Gi, kini coba mengangkat olahraga lari, spesifiknya yakni lari marathon, ke dalam sebuah film berjudul Road to Boston. Film ini sendiri memang diangkat berdasarkan kisah nyata perjalanan inspiratif Suh Yun-bok (Yim Si-wan) dan pelatihnya, mantan peraih medali Olimpiade Sohn Kee-chung (Ha Jung-woo). Keduanya bersiap menghadapi gelaran Boston Marathon 1947.
Ketika mantan peraih medali dan pelatih maraton Nam Seung-ryong (Bae Sung-woo) melihat bakat Yun-bok, mereka meyakinkan dia untuk berkompetisi dalam maraton internasional dengan bendera Korea di dadanya. Yun-bok kemudian membuat sejarah, tidak hanya dengan memenangkan maraton, tetapi juga mencetak rekor dunia.
Ini juga menandai pertama kalinya seorang atlet Korea berkompetisi di bawah bendera nasional sejak negara tersebut dibebaskan dari pemerintahan kolonial Jepang.
Well, memberikan suatu film yang bermakna dan inspiratif bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak sekali film-film yang mengumbar hal inspiratif tapi toh belum tentu tertangani dengan baik. Sesuatu yang inspiratif itu jatuh menjadi sesuatu yang terlalu informatif kepada penontonnya dan belum tentu membuat penonton akan memaknai setiap ceramah lewat dialog dengan baik. Akhirnya, film inspiratif itu banyak yang hanya menjanjikan dan mengumbar tentang hati manusia tetapi justru digarap setengah hati.
Namun hal di atas tentunya tidak terjadi pada film Road To Boston ini. Sang sutradara nyatanya berhasil mengarahkan film ini menjadi salah satu dari film yang berhasil mengangkat hati dan bermakna untuk penontonnya. Memang, Road To Boston tak begitu sempurna karena masih memiliki minor-minor kecil yang mungkin sedikit menganggu.
Tapi tenang, minor-minor kecil tadi mungkin kita bisa lupakan karena Kang Je-kyu berhasil mengarahkan narasi film ini dengan sangat baik. Road To Boston tak elaknya adalah sebuah film yang akan menghangatkan hati setiap penontonnya. Mengumbar tentang hati tetapi dibuat dengan sepenuh hati dan itu terasa dari apa yang dihasilkan oleh sang sutradara. Film ini akan memberikan makna yang cukup kuat untuk penontonnya. Memberikan sesuatu yang sangat dekat dengan penontonnya.
Cerita yang diberikan pun sederhana dan tidak mengekspos kesedihan yang berlebihan. Beberapa dialog mungkin akan terdengar sedikit preachy. But at some point, dialog tersebut malah akan mengena untuk para penontonnya. Road To Boston akan memberikan sebuah renungan untuk kita semua, apakah kalian sudah pernah menyelesaikan sesuatu terhadap hidup kalian? Apakah kalian sudah membuat orang di sekitar kalian puas atau bangga dengan apa yang kalian kerjakan?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan dilontarkan secara implisit oleh film ini dan tentu akan membuat penontonnya merenung sekaligus terenyuh dengan film ini. Sungguh bukan sesuatu yang mudah membuat sebuah film yang berani menyentuh tema berbeda, here, running as quite rare sports theme, dan menghidangkannya dengan filosofi serta nilai informasi yang solid seperti dalam film Road to Boston ini.