Review Shin Masked Rider: Tampil Beda Dibanding Serial Televisinya
Serial Kamen Rider atau Masked Rider sudah diperkenalkan di Indonesia pada era 90-an. Tetapi di negeri asalnya, Jepang, masih berlanjut sampai sekarang. Tayangan yang ber-genre Tokusatsu, atau Pahlawan Spesial dalam bahasa Indonesia tersebut, menyuguhkan cerita yang penuh intrik dan banyak dibumbui dengan humor yang cukup segar.
Selain serial televisi, medium film adalah wahana yang sering menampilkan jagoan berkostum apik tersebut. Tahun ini, sineas Jepang Hideaki Anno yang ngetop karena menghasilkan rentetan film Evanngelion, mencoba untuk masuk ke ranah ini dengan merilis film berjudul Shin Masked Rider.
Shin Masked Rider akan menceritakan Takeshi Hongo (Sosuke Ikematsu), seorang mahasiswa biokimia brilian yang diculik oleh Man Spider (Nao Omori) dan dibawa ke SHOCKER, sebuah organisasi teroris jahat yang ingin mengubahnya menjadi Cyborg berkekuatan super bernama Kamen Rider Ichigo.
Namun, rupanya Takeshi berhasil melarikan diri dari markas SHOCKER. Setelah melarikan diri, Takeshi menyadari bahwa dirinya memiliki kekuatan baru yang sebelumnya tidak dimilikinya. Dengan tekad yang kuat, Takeshi berniat untuk membalas perbuatan SHOCKER dengan mengambil identitas baru sebagai Shin Masked Rider.
Seperti dua film Shin yang pernah digarap sebelumnya, yakni Shin Godzilla dan Shin Ultraman, Hideaki Anno masih saja mempertahankan gaya penulisan khasnya di Shin Masked Rider ini. Kita semua diajak untuk melupakan semua hal yang kita tahu dari Kamen Rider itu sendiri, karena memang Anno seperti membuat film sesuka kehendaknya.
Sisi heroik dari Masked Rider rupanya tidak banyak ditunjukkan oleh Anno, tapi digantikan oleh penokohan yang lebih manusiawi. Film ini sepertinya ingin mengembangkan konsep Kamen Rider puritan, tanpa banyak terinfluensi oleh serial-serial televisinya.
Yap, segi penokohan memang menjadi sorotan utama di Shin Masked Rider, di mana Anno lebih suka menunjukkan sisi rapuh dari para karakternya, termasuk Hongo Takeshi. Namun, katakter comic relief tetap dihadirkan melalui karakter Ichimonji Hayato yang dibuat playful, amat kontras dengan karakter yang ditampilkan oleh Hongo.
Komedi khas Anno yang terkadang terasa absurd juga tidak ketinggalan. Banyak momen-momen konyol yang tiba-tiba saja diselipkan di antara adegan yang serius yang mampu membuat konsentrasi menjadi buyar. Namun, ketika menampilkan momen-momen ikonik, timing yang dilakukan Anno masih terasa pas dan apik presentasinya.
Secara keseluruhan, menonton Shin Masked Rider membuat kita semua akan bernostalgia dengan masa kecil, namun di lain sisi juga memberikan pengalaman baru yang feel-nya terasa beda dari apa yang biasa kita tonton. Walaupun, harus diakui, bahwa Shin Kamen Rider ini memang akan masuk ke kategori film yang dibuat bukan untuk semua kalangan pecinta film.