Loading your location

Review Thanksgiving: Menengangkan dan Mencekam!!!

By Ekowi23 November 2023

Kalau sobat nonton mengikuti rekam jejak sineas bernama Eli Roth, tentu akan mengetahui bahwa dia merupakan otak dibelakang film-film seperti Cabin Fever (2002) dan Hostel (2005) yang memperkenalkan kita semua dengan subgenre yang bernama torture porn. Sebuah genre turunan dari horor yang dipenuhi dengan visual mengganggu sarat darah, kekerasan dan penyiksaan.

Kini, Eli Roth kembali lagi dengan film terbarunya yang berjudul Thanksgiving yang membawanya kembali kepada akar di mana ia berasal. Thanksgiving sendiri akan mengambil latar cerita pada perayaan hari Thanksgiving tahun 2022 di Plymouth, Massachusetts, Amerika Serikat, di mana puluhan orang mengantri panjang di pintu luar superstore bernama RightMart.

Wajarlah jika swalayan tersebut dikeremuni warga setempat. Pasalnya pada hari itu, kebetulan bertepatan dengan event Black Friday. Jessica Wright (Nell Verlaque) yang merupakan putri kandung Thomas Wright (Rick Hoffman), sang pemilik swalayan tersebut, diam-diam sudah terlebih dahulu mengizinkan teman-temannya untuk masuk ke dalam swalayan. Atau dengan kata lain tidak ikut antri seperti pengunjung lain.

Melihat hal tersebut, para pengunjung yang sudah lelah mengantri di luar, lantas langsung berlari menerobos pintu toko swalayan tersebut. Tak ayal hal ini membuat kacau seisi toko dan tentunya membuat banyak yang mengalami luka berat. Bahkan ada satu pengunjungnya yang meninggal dunia. Satu tahun kemudian, yakni pada tahun 2023, Thomas tetap berniat mengadakan event yang serupa.

Namun sialnya, sang anak, Jessica, tiba-tiba dikejutkan dengan kabar kalau dirinya beserta teman-temannya yang di tahun 2022 lalu berada atau terlibat di peristiwa Black Friday berdarah, diincar oleh pembunuh sadis yang mengenakan topeng salah satu figur influensial di dalam sejarah Amerika Serikat, John Carver.

Well, jika sobat nonton menonton film seperti ini dengan harapan cerita bagus berkelas Oscar atau Cannes, maka entah sobat nonton yang bodoh, keras kepala, atau malah keduanya. Penulis sendiri hanya berharap dihajar oleh kekerasan gila melampaui batas dalam menonton film ini. Untuk hal itu sendiri, Eli Roth sudah melakukan hal yang terbaik, setidaknya dalam tataran film dengan rating dewasa.

Eli Roth hanya ingin mencengkeram penonton lewat intensitas. Dan Thanksgiving memang sangat memukau sewaktu Roth bermain-main di area yang familiar baginya: thriller dan kekerasan. Sang sutradara piawai membangun ketegangan memakai kesunyian penyulut antisipasi “harap-harap cemas” dari penonton. Dia pun tak menahan diri untuk pamer kebrutalan, entah berupa cipratan darah, kepala pecah, sampai luka-luka lain yang membuat penonton umum meringis sambil memalingkan wajah atau menutup mata, sementara pemuja gore bakalam tersenyum puas.

Semakin menyenangkan saat bumbu komedi hitam sesekali ditaburkan. Belum lagi saat naskah buatan Roth dan Jeff Rendell ini banyak melucuti subteks sosial politik yang sedang menghangat akhir-akhir ini. Dan sesuai hakikat, klimaksnya merupakan kulminasi, ketika Roth dengan mulus mencampur sadisme dengan dinamika keluarga seputar usaha ayah untuk melindungi puteri tercinta. Roth pada akhirnya ingin memastikan para penonton mau diajak untuk bersimpati dan mendukung keluarga Wright.

Pada akhirnya, Thanksgiving adalah jawaban kita semua atas pertanyaan "seperti apa film yang bagus itu?" Apakah harus punya cerita bagus? Twist cerdas? Akting kuat? Harus "nyeni"? Jawabannya tidak! Film bagus tidak harus memiliki semua itu. Kuncinya hanya satu: memenuhi hakikatnya. Sebuah film komedi haruslah lucu, sebuah film horror haruslah menyeramkan, dan film torture porn seperti Thanksgiving ini haruslah diisi oleh sajian gorefest yang mencekam, tidak peduli seberapa bodoh filmnya.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

AFTERMATH
WE LIVE IN TIME
Pantaskah Aku Berhijab
Tebusan Dosa

COMING SOON

The Quintessential Quintuplets Specials 2
Siccin 7
Blok M
Toy story 5