Review The Banishing: Ungkap Rahasia Rumah Paling Berhantu di Inggris
Tren film horor semakin meningkat seiring standarnya yang semakin hari semakin tinggi. Beberapa tahun terakhir, penggemar horor dimanjakan dengan kehadiran banyak film-film horor berkualitas. Kehadiran film-film tersebut tentu akan membuat banyak orang berharap film-film horor selanjutnya akan mengikuti langkah yang sama. Namun sayangnya, The Banishing tidak berada di gerbong yang sama dengan film-film horor berkualitas tersebut.
The Banishing akan menceritakan kisah tentang satu keluarga yang terdiri dari Marienne Foster (Jessica Brown Findlay), Linus Forster (John Heffernan), dan Adelaide Forster (Anya McKenna-Bruce). Mereka harus pindah ke sebuah rumah baru di London karena Linus, sang kepala keluarga, harus menjadi seorang pendeta baru. Namun, mereka tidak mengalami kehidupan damai yang diharapkan.
Mulai dari Adelaide yang tampak sedang bermain dengan boneka dan berbicara dengan seseorang yang tak terlihat, hinga teror mistis lainnya. Marienne lalu berusaha untuk melindungi keluarganya dan mulai mencari tahu penyebab teror tersebut. Ia terpaksa melanggar kepercayaan suaminya dengan memanggil ahli supranatural.
Dalam menghadapi berbagai macam tantangan tersebut, Marcus dan Adelaide harus bekerja sama untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Sementara sebagai seorang pendeta, Marcus tetap memiliki keyakinan yang kuat pada kekuatan iman dan doa.
Well, rumah yang ditempati keluarga Forster ini sendiri ternyata adalah rumah paling berhantu di Inggris, yang dikenal dengan nama Borley Rectory. Rumah ini dibangun pada tahun 1862, namun telah dimusnahkan setelah terbakar pada tahun 1939.
Karena film horor ini terinspirasi dari kisah nyata, pastinya sobat nonton berharap bahwa film ini akan membuka wawasan kita semua akan rumah Borley Rectory yang dianggap sebagai salah satu rumah paling berhantu di dunia. Nyatanya, film ini justru tidak mampu menggali kisah yang seharusnya bisa kita nikmati lebih jauh. Tidak ada sensasi khusus yang ditampilkan. Yang ada, film ini malah terasa seperti film horor bujet rendah lainnya, sama-sama klise dan terkesan cheesy.
Tanpa embel-embel jumpscare, The Banishing hanyalah sebuah film yang biasa. Benar-benar tidak ada yang istimewa dari segi cerita. Malahan terlihat cukup banyak adegan yang tidak punya kesinambungan. Film ini juga lebih menekankan dialog dibanding aksi sehingga berpotensi membuat sobat nonton cenderung merasa bosan.
Ironisnya, adegan-adegan jumpscare dalam film ini juga sama sekali tidak istimewa dan terkesan murahan. Di beberapa bagian, sobat nonton memang akan dibuat kaget atau takut, tapi, ya sudah, begitu aja. Dijamin, sobat nonton akan menemukan formula yang sama dalam film horor lainnya. Padahal, film ini punya potensi besar lewat latar rumah berhantu yang legendaris ini. Tambahan elemen-elemen kecemasan seharusnya bisa dimunculkan lewat sudut-sudut misterius di rumah tersebut.
Tidak hanya dari segi latar, andai saja film ini mau lebih menggali sisi sejarah dari rumah tersebut, ceritanya pasti akan lebih spesial. Dibanding cerita supranatural, The Banishing bisa saja menjadi film psychological thriller misalnya. Namun, sang pembuat rupanya hanya ingin main aman saja. Membawa film ini stick di jalur horor yang pasaran.
Tapi paling tidak, setelah menonton film ini, penulis langsung berselancar via internet karena penasaran akan sejarah rumah berhantu Borley Rectory. Namun tetap saja, membaca sejarah rumah berhantu ini lebih menarik ketimbang menyaksikan film ini sampai habis. Karena sesungguhnya di luar dari desain rumahnya yang cukup menawan, film ini tidak menawarkan apapun yang menggugah selera.