Review To Catch a Killer: Punya Drama dan Akting yang Solid, Tapi...
Dari masa ke masa, selalu ada film tentang serial killer atau pembunuh psikopat yang harus dicari oleh polisi atau detektif. The Silence of the Lambs, Se7en, sampai Zodiac adalah film-film sejenis itu. Kini, sutradara asal Argentina, Damián Szifron mendapuk Shailene Woodley sebagai karakter utama seorang detektif yang harus memburu psikopat yang telah membunuh 29 orang dalam sebuah pesta tahun baru dalam sebuah film yang berjudul To Catch a Killer.
Film To Catch a Killer menceritakan Eleanor (Shailene Woodley), seorang polisi wanita yang memiliki bakat luar biasa dalam menyelesaikan kasus. Namun kecenderungannya untuk terlibat dalam masalah membuatnya menjadi sosok yang kontroversial. Sementara Lammark (Ben Mendelsohn) adalah seorang kepala penyelidik FBI yang memiliki reputasi yang gemilang dalam memecahkan kasus-kasus sulit.
Ketika kota mereka terguncang oleh serangkaian kejahatan misterius yang dilakukan oleh sosok yang tidak diketahui, Lammark tahu bahwa ia memerlukan bantuan yang tak biasa untuk mengungkap misteri tersebut. Ketika Eleanor bergabung dengan timnya, keduanya harus belajar bekerja sama meskipun memiliki gaya kerja yang berbeda. Eleanor, yang lebih cenderung bertindak impulsif, harus belajar untuk mengendalikan dirinya, sementara Lammark, yang lebih metodik dan terorganisir, harus belajar untuk melonggarkan sedikit rasa toleransinya.
Dengan atmosfer pengisahan yang cukup kelam serta tata penceritaan yang cenderung berjalan lamban, tidak akan mengherankan jika To Catch a Killer kemudian mendapatkan sejumlah perbandingan dengan film misteri tentang pembunuhan berantai arahan sutradara David Fincher, Seven dan Zodiac. Sayangnya, Damián selaku sutradara kurang mampu menghadirkan kecerdasan maupun kekuatan penceritaan seperti yang dilakukan oleh Fincher.
Ketika Fincher menghabiskan menit demi menit durasi presentasi kedua filmnya tadi untuk mengurai misteri serta membuka lapisan cerita pada tiap konflik maupun karakter yang tampil dalam linimasa pengisahan filmnya, To Catch a Killer justru sering terpaku pada drama yang terjalin antara karakter Eleanor dan Lammark. Bangunan misteri tentang rangkaian peristiwa pembunuhan serta siapa sosok yang berada di belakang aksi kriminal tersebut malah gagal tergarap dengan baik dan menjadikan film ini terasa cukup hambar pengisahannya.
Di saat yang bersamaan, jelas tidak dapat disangkal bahwa To Catch a Killer juga terasa kehilangan esensi presentasi misterinya ketika film ini memilih untuk tidak memberikan pengembangan yang lebih matang pada konflik yang memang menjadi tema sentral cerita. Pengarahan yang diberikan oleh Damián juga tidak memberikan banyak dorongan berarti pada kualitas cerita To Catch a Killer secara keseluruhan.
To Catch a Killer memang masih mampu dihadirkan dengan kualitas tata produksi yang tidak mengecewakan, namun pilihan sang sutradara untuk mengalirkan narasi hampa yang dimiliki oleh filmnya dengan ritme yang terbata-bata menjadikan 119 menit durasi pengisahan film ini menjadi cukup menyiksa. Belum lagi kehadiran pelintiran kisah di akhir filmnya yang terlihat biasa saja, tidak istimewa.
Departemen akting dari film ini mungkin merupakan satu-satunya elemen yang masih cukup layak untuk mendapatkan sedikit pujian. Shailene Woodley, yang di film ini juga bertindak sebagai produser, cukup meyakinkan tatkala bermain sebagai seorang polisi yang memiliki emosi kurang stabil. Selain itu, tidak sukar untuk menempatkan To Catch a Killer sebagai sajian misteri yang familiar namun gagal untuk dieksekusi secara maksimal. Sayang sekali.