Review 2nd Miracle in Cell No. 7: Suguhkan Drama yang Emosional dan Komedi yang Mengocok Perut
Dua tahun setelah Ayah Dodo (Vino G Bastian) dihukum mati. Kartika (Graciella Abigail) tinggal bersama Hendro (Denny Sumargo) dan Linda (Agla Artalidia). Kartika masih diselundupkan untuk bertemu dengan para napi di sel no.7. Semua sepakat untuk merahasiakan kenyataan bahwa Ayah Dodo sudah meninggal.
Ketika Hendro sepakat untuk mengadopsi Kartika, Kepala Dinas Sosial menghalangi hal tersebut terjadi. Para napi no.7 dan Hendro memutuskan untuk melawan dengan cara mereka untuk mendapatkan keadilan. Itulah kisah yang tersaji dalam produksi terbaru Falcon Pictures berjudul 2nd Miracle in Cell No. 7.
Menurut penulis, di samping menyuguhkan drama yang emosional, sekuel karya sutradara Herwin Novianto ini ternyata tetap menghadirkan unsur komedi layaknya angsuran pertamanya. Terlebih jajaran pemain yang ada kembali berisi aktor yang sering membintangi film bergenre komedi. Alhasil, sobat nonton dijamin bakal menyaksikan banyak adegan yang mampu mengocok perut, mulai dari celetukan nyeleneh hingga komedi slapstick sekalipun.
Meski begitu, segala sajian lelucon dalam filmnya pun tepat sasaran sehingga tidak mengganggu nuansa drama emosional yang menjadi fokus utamanya. Memang, masih ada beberapa jokes yang muncul di dalam adegan dengan nuansa emosional. Tapi, keberadaan jokes tersebut tidak mendistraksi dan malah terkesan menetralisasi adegannya sehingga tidak terlalu membuat sedih penontonnya.
Selain itu, menurut penulis, pemilihan pemain untuk 2nd Miracle in Cell No. 7 Indonesia juga terbilang tepat sasaran dan berhasil. Vino G. Bastian yang kembali menjadi pemeran utamanya berhasil memberikan performa yang memukau sebagai pria dengan keterbatasan mental. Chemistry-nya dengan Marsha Timothy sebagai sepasang suami istri juga sukses membuat hati kita hangat sewaktu menontonnya.
Tapi, terlepas dari sejumlah poin positif tersebut, 2nd Miracle in Cell No. 7 bukanlah sebuah film yang sempurna. Masih ada beberapa kekurangan yang terdapat di dalamnya. Salah satu kekurangan yang paling terasa sejak awal hingga akhir filmnya adalah pewarnaan setiap adegannya yang terlihat terlalu kuning, seolah setiap tempat di dalam adegannya seperti menggunakan lampu pijar.
Dari segi desain produksi, sekuel ini pada beberapa adegannya juga ada yang tidak sesuai dengan latar waktu utama ceritanya yang berlangsung pada tahun 2004. Lalu, beberapa adegan juga ada yang terasa terlalu over dramatis. Tapi, sejumlah kekurangan tersebut tak terlalu mengganggu karena tertutupi berbagai poin positif di atas tadi sehingga sobat nonton dijamin akan tetap bisa menikmati filmnya.
Jadi secara keseluruhan, 2nd Miracle in Cell No. 7 adalah sebuah sekuel adaptasi yang bisa dikatakan kembali berhasil mengaduk-aduk emosi penontonnya, baik bagi yang belum ataupun sudah menonton versi orisinalnya. Oleh sebab itu, penulis menyarankan sobat nonton untuk siapkan tisu sebelum menonton film ini.