Review A Legend (The Myth 2): Lebih Megah dari Film Sebelumnya
Jackie Chan tak pelak lagi merupakan salah satu aktor terbesar di Asia saat ini. Itu jelas dan tak bisa lagi terbantahkan. Kiprahnya sudah melanglang buana hingga ke Hollywood. Tapi, ada satu kekurangan dalam tiap film yang dibintangi oleh Jackie Chan. Kualitas. Kata itu sepertinya susah untuk didapat, karena film-filmnya selalu bertema ringan, dengan plot yang terlalu sengaja dibikin komedi.
Hal di atas lagi-lagi juga terjadi pada film terbarunya yang berjudul A Legend. A Legend sendiri merupakan sekuel langsung dari film The Myth yang saat ini disebut-sebut sebagai film yang berpenghasilan kotor tertinggi ketiga di Hong Kong karena berhasil mencapai total US$ 120 juta atau setara Rp 1 triliun di seluruh dunia.
Dalam A Legend, Jackie Chan akan berperan sebagai Fang, seorang arkeolog yang menemukan sebuah liontin batu giok misterius yang memiliki hubungan dengan mimpinya. Keyakinannya lantas membawa dirinya dan timnya pada ekspedisi menegangkan ke kedalaman gletser untuk mengungkap rahasia di balik mimpi tersebut.
Perjalanan mereka pun penuh dengan rintangan dan bahaya, mulai dari kondisi alam yang ekstrem hingga makhluk-makhluk misterius yang berhubungan dengan artefak tersebut. Di tengah petualangan, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sejarah kuno yang selama ini tersembunyi. Penemuan ini membuka tabir misteri besar yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan umat manusia.
Jika dibandingkan dengan film pendahulunya, Stanley Tong selaku sutradara jelas terasa telah mempersiapkan A Legend dengan tatanan kualitas produksi yang jauh lebih megah. Efek visual yang menyertai tiap adegan film ini dalam menggambarkan petualangan yang dihadapi oleh para karakter utamanya tampil cukup meyakinkan.
Sebagai sebuah film fantasi petualangan, A Legend benar-benar mampu memberikan eksplorasi audio dan visual yang jelas akan berhasil membawa penontonnya ke sebuah dunia baru yang memikat. Atmosfer yang dibawakan oleh film ini juga mampu tergali secara utuh melalui presentasi tata kostum, tata rias, serta desain produksi yang hadir dengan kualitas garapan yang handal.
Namun sayangnya, tidak banyak kualitas yang patut dibanggakan dari penulisan naskah cerita A Legend. Naskah cerita yang juga digarap oleh Stanley Tong ini amat berusaha dengan keras untuk menggabungkan elemen sejarah yang dibungkus dengan berbagai fabel yang bertujuan untuk memperkuat elemen fantasi dari linimasa penceritaan film ini.
Usaha tersebut, sialnya, gagal tereksekusi menjadi sajian pengisahan yang menarik. Keberadaan dari banyaknya konflik dan karakter yang mengitari kisah petualangan dan perjalanan dari sang karakter utamanya justru akan menghadirkan banyak kebingungan bagi penonton, khususnya mereka yang memang tidak begitu familiar dengan penuturan kisah filmnya semenjak awal.
Overall, A Legend memang masih memiliki banyak kekurangan. Namun paling tidak, film ini masih mampu memberikan tontonan yang menarik dengan sinematografi indah dan cantik. So, duduklah dengan manis dan nikmati sajian yang indah dari film yang dibintangi aktor legendaris bernama Jackie Chan ini.