Review Arthur the King: Sangat Menyentuh
Hollywood seringkali mengangkat kisah persahabatan antara anjing dan manusia ke layar lebar. Banyak judul-judul menarik yang pernah singgah di bioskop Indonesia. Beberapa yang bisa diingat adalah Togo, Isle of Dogs, Alpha, dan Dogs. Kebanyakan, judul-judul yang disebutkan tadi juga mendapatkan pujian yang lumayan tinggi.
Kini, sineas Simon Cellan Jones melahirkan karya terbarunya yang juga memiliki premis tentang kedekatan manusia dengan anjing. Film tersebut berjudul Arthur the King. Uniknya, film ini diangkat berdasarkan kisah nyata tentang seorang atlet profesional yang bertemu dengan anjing liar saat ia dan timnya mengikuti turnamen bernama Adventure Racing World Championship.
Diceritakan, Michael (Mark Wahlberg) merupakan atlet profesional sekaligus seorang petualang. Dahulu, ia sering mengikuti berbagai perlombaan atletik. Namun, ia tidak pernah menjadi juara pertama. Akibatnya, kariernya sebagai atlet pun semakin buruk. Ia pada akhirnya tidak lagi mengikuti perlombaan dalam waktu yang lama.
Namun pada tahun 2018, ia ingin mengikuti Adventure Racing World Championship, yang merupakan lomba ketahanan fisik di Ekuador. Lomba ini bisa berlangsung di dalam hutan selama berhari-hari dengan rute yang sangat panjang dan berat. Michael pun membentuk tim bernama Broadrail bersama para atlet lainnya.
Singkat cerita, saat Michael mengikuti turnamen tadi, ia bertemu dengan seekor anjing liar berwarna cokelat. Anjing itu terlihat kesakitan. Michael yang kasihan melihatnya, segera memberi anjing itu makan. Tak disangka, anjing itu mengikuti tim Broadrail sepanjang perlombaan. Karena kegigihan anjing itu, Michael pun memberinya nama Arthur, seperti nama raja yang terkenal. Setelahnya, lahirlah sebuah petualangan yang tak terlupakan antara Michael dan Arthur.
Seperti yang tertuang dalam sinopsis di atas, film ini memang menggunakan format “perjalanan”, lengkap dengan stereotip “duo serupa tapi tak sama” yang dipaksa untuk pergi bersama-sama. Penempatan sosok anjing dan manusia juga sebenarnya juga sangat klise, apalagi halangan-halangan yang dihadapi oleh Michael dan Arthur.
Perjalanan panjang yang penuh dengan banyak rintangan dan tantangan tadi lantas membuat semuanya menjadi sesuatu yang berharga dan mengubah banyak hal dalam kehidupan Michael. Pada akhirnya, layaknya film-film sejenis, sosok Michael di sini mampu berkembang menjadi versi yang lebih baik dari diri dia sebelumnya.
Ya, film ini dipenuhi dengan adegan yang sangat menyentuh, terutama bagi para pecinta anjing yang pernah merasa kehilangan orang atau anjing yang selalu ada di sisinya. Berkali-kali penulis dibuat terbata-bata kala melihat aksi Arthur ketika “mengamankan” tim Broadrail sepanjang turnamen berlangsung.
Walaupun begitu, Arthur the King masih terasa kurang luwes dalam bercerita, terutama ketika menghadirkan latar belakang para tokoh manusianya. Kelemahan inilah yang membuat penulis sedikit mengalami kesulitan ketika berusaha memahami hubungan dan latar belakang para karakternya.
Tapi ya kembali lagi, film Arthur the King ini nampaknya memang dirancang untuk menjadi karya yang mudah dicerna dan tak muluk-muluk soal pengembangan karakternya. Cukup nikmati saja narasinya yang sederhana ini, maka sobat nonton dijamin akan langsung terbuai dengan proses perjalanan para karakternya.