Review Beetlejuice Beetlejuice: Film Horor yang Lucu dan Menyenangkan
Pada tahun 1988 silam, sebuah film berjudul Beetlejuice dirilis. Film tersebut dibintangi oleh banyak nama besar yang sebenarnya pada saat itu belum banyak dikenal dan sedang merintis karir. Sebutlah saja Alec Baldwin, Geena Davis, Winona Ryder, Catherine O’hara, hingga Michael Keaton yang pada akhirnya akan menjadi sosok Bruce Wayne.
Dalam film Beetlejuice tersebut, berbagai ciri khas dari sineas nyentrik Tim Burton pun mulai terasa, dari mulai karakter aneh hingga set yang kental akan unsur ekspresionismenya. Dan kini, 36 tahun kemudian, sosok Beetlejuice pun kembali dihidupkan dalam sekuelnya yang berjudul Beetlejuice Beetlejuice. Tim Burton pun masih dipercayai untuk menahkodai proyek ini.
Beetlejuice Beetlejuice akan menceritakan keadaan tepat 36 tahun setelah tragedi keluarga yang ada di film pertamanya. Suatu hari, keluarga Deetz memutuskan untuk kembali ke Winter River. Hal itu dilakukan setelah kepala keluarganya, yakni Charles Deetz (Jeffrey Jones) meninggal dengan cara yang tak terduga.
Lydia Deetz (Winona Ryder) pun membawa serta putrinya, Astrid Deetz (Jenna Ortega) ke Winter River. Suatu hari, Astrid menemukan model kota misterius yang ada di loteng rumahnya. Tidak diduga, Astrid ternyata membuka pintu ke alam baka dan melepaskan sosok Beetlejuice. Beetlejuice pun kembali hadir dan menciptakan kekacauan yang dahulu juga pernah dibuatnya.
Sempat diawali dengan biasa saja, Beetlejuice Beetlejuice mulai menarik ketika durasinya mulai mengalun ke belakang. Dari situ, segala keunikan dalam ide ceritanya mulai dilemparkan pada penontonnya satu persatu. Penulis amat menyukai nuansa film ini yang begitu positif, khususnya dalam hal cara para tokohnya ketika memandang kematian. Daripada terlihat sebagai hal yang mengerikan dan akhir dari segalanya, kematian di sini bisa menjadi hal yang lucu dan bukan akhir dari segala hal yang pantas diratapi.
Para karakternya yang sudah mati masih tetap memiliki perasaan dan berusaha berjuang menghadapi kematian dan takdir mereka sebagai hantu. Dari situ, Beetlejuice Beetlejuice otomatis terasa bagaikan anti-tesis dari film horror tentang teror hantu pada umumnya. Jika biasanya karakter yang hidup digambarkan terganggu dengan kehadiran hantu dan mencoba mengusir mereka, nah di sini yang terjadi justru sebaliknya.
Kelebihan lain yang dihadirkan film ini selain pada keunikan ceritanya, juga terletak pada pengemasan komedinya. Penulis tidak menyangka bahwa Beetlejuice Beetlejuice bisa selucu ini. Bukan komedi terlucu yang pernah penulis tonton pastinya, tapi film ini tetaplah menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan. Pada intinya, faktor imajinasi dan kreatifitas yang baik menjadi kunci utama kesuksesan film ini. Hal itu juga berlaku pada komedinya yang cukup unik tadi.
Tentunya, layaknya film-film Tim Burton lainnya, Beetlejuice Beetlejuice juga akan selalu memanjakan mata sobat nonton dengan visualisasi gothic yang selalu unik dan aneh khas sang sineas. Desain karakter khususnya para hantu yang sangat unik, sampai berbagai efek yang meski sudah ketinggalan jaman jika dilihat sekarang, tapi masih terasa keunikannya. Tidak lupa make-up tebal ala karakter aneh Tim Burton pastinya juga merupakan sebuah hiburan tersendiri.
Pada akhirnya, Beetlejuice Beetlejuice merupakan sebuah film yang mampu membuat kematian tidak terasa mengerikan, bahkan mungkin akan mengajarkan kita semua bahwa kematian bukan hal yang perlu ditakuti tapi patut untuk dihadapi dan dipersiapkan sedari dini.