Review Daddio: Sederhana, namun Tetap Emosional dan Menegangkan
Film-film yang mengambil mayoritas setting hanya pada satu tempat sempit memang selalu menarik, unik dan penuh kreativitas. Tidak semua film seperti ini bagus memang, karena banyak juga yang dimulai dengan meyakinkan sebelum mengendor di akhir karena kehabisan ide. Tapi tetap saja, single location movie selalu menarik apalagi menanti seperti apa ceritanya berkembang dan tentunya akting pemainnya yang harus benar-benar maksimal.
Dan tahun ini, kita kedatangan Daddio, sebuah film yang coba menawarkan setting hanya di satu tempat saja. Daddio akan berfokus pada Camille (Dakota Johnson), seorang wanita muda yang sedang berjuang setelah mengalami tragedi dalam hidupnya. Untuk mencari ketenangan, dia lalu memutuskan untuk pergi ke kota New York.
Di tengah perjalanan, takdir membawanya bertemu dengan Charlie (Sean Penn), seorang sopir taksi yang bijaksana. Percakapan awal mereka yang sederhana segera berkembang menjadi dialog yang mendalam, saat keduanya saling berbagi tentang perjalanan hidup, cinta, dan rasa kehilangan yang mereka alami.
Jujur, hanya itu saja sinopsis yang bisa penulis tuliskan, karena salah satu keasyikan terbesar menonton Daddio adalah mengikuti perkembangan alur dan konfliknya sedari awal sampai akhir, bahkan hingga detail yang terkecil sekalipun.
Secara keseluruhan, film ini memang hanya memperlihatkan karakter Charlie menyetir dan terlibat berbagai pembicaraan dengan Camille. Bahkan, jika ingin dibandingkan dengan Buried maupun 127 Hours, Daddio jelas terasa jauh lebih sederhana dan lebih minim gejolak.
Film Buried setidaknya memberikan rasa terancam atau ketegangan akibat berpacu dengan waktu hingga menawarkan beberapa misteri, sementara Daddio meski berlokasi di dalam mobil, tidak ada ketegangan apapun yang melibatkan mobil dan pengendaranya. Jangankan kejar-kejaran mobil, "nyaris kecelakaan" yang bisa menimbulkan efek kejut pun tidak ada.
Tapi daya tarik utama Daddio yang juga membuatnya akan terasa "berat" memang adalah eksplorasi karakter Camille dan Charlie, di mana seiring dengan berjalannya durasi, kita akan semakin memahami bahkan bersimpati pada dua sosok ini. Daddio sejatinya adalah kisah tentang orang-orang biasa yang ingin memperbaiki dirinya dan berusaha untuk tidak menjadi seperti sosok yang begitu mereka benci.
Berbagai konflik yang dihadirkan di sini begitu sederhana, bahkan mungkin pernah kita semua alami di kehidupan sehari-hari. Beberapa dialog yang hadir dijamin akan sanggup membuat sobat teater memahami segala keputusan yang diambil oleh si karakternya, serta ikut merasakan kegundahan dan keresahan yang karakternya rasakan, hingga akhirnya bersimpati padanya.
Dan pada akhirnya, dengan segala kesederhanaan dan rasa minimalis yang ada, Christy Hall selaku sutradara nyatanya tetap bisa menjadikan film ini sebagai sebuah tontonan yang dinamis, terasa emosional bahkan juga menegangkan. Dan saat filmnya berakhir, walaupun ada secercah harapan, tidak bisa dipungkiri bahwa kehampaan serta kesepian lah yang paling terasa, entah itu dalam diri kedua karakternya maupun kita sebagai penonton.