Loading your location

Review Dilan 1983 Wo Ai Ni: Drama Remaja yang Hangat dan Ringan

By Ekowi14 Juni 2024

Sobat nonton tentu ingat dengan film Dilan 1990 yang diadaptasi dari novel buatan Pidi Baiq yang konon terinspirasi dari kisah nyata. Andai percintaan Dilan dan Milea sungguh benar adanya, penulis yakin Pidi hanya mengambil garis besar kisah mereka. Sisanya, terlebih dialog yang ada, pastilah rekayasa.

Sebab, manusia mana yang mengucapkan kalimat seperti “Kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja” atau “Jangan rindu. Berat. Kau enggak akan kuat. Biar aku saja”. Terdengar menjijikkan? Mungkin. Tapi bukankah kita kerap menganggap kemesraan dan rayuan (sok) puitis itu menjijikkan sampai akhirnya kita sendiri melakukannya, menikmatinya kala terjebak asmara?

Kini, Pidi Baiq bersama Fajar Bustomi kembali merilis sebuah film yang akan mengisahkan petualangan Dilan sewaktu kecil bertajuk Dilan 1983 Wo Ai Ni. Dikisahkan, pada saat itu, Dilan Cilik (Muhammad Adhiyat) harus mengikuti ayahnya untuk dinas ke wilayah Timor Timur, yang saat ini bernama negara Timor Leste. Selama 1,5 tahun, Dilan merasa betah tinggal di sana hingga masa dinas sang ayah berakhir dan harus memutuskan untuk kembali ke Bandung. 

Setibanya di Bandung, Dilan kembali bersekolah di tempatnya yang lama. Tepat di tahun 1983 tersebut, Dilan pun bertemu dengan seorang anak gadis keturunan Tionghoa. Gadis bernama Mei Lien (Malea Emma) tersebut adalah seorang siswi pindahan dari kota Semarang yang bersekolah di tempat Dilan dan pada akhirnya telah berhasil membuat Dilan jatuh hati.

Dari sinopsis atau trailer, mungkin beberapa di antara sobat nonton ada yang berpikiran sekaligus khawatir jika film ini akan menjadi film yang mengajarkan anak-anak di bawah umur untuk berpacaran. Namun nyatanya tidak seperti itu. Karena film ini lebih condong memfokuskan diri pada kehidupan Dilan bersama dengan keluarga dan teman-temannya ketimbang usaha dia dalam mendekati Mei Lien.

Jajaran pelakon utamanya pun mampu bermain dengan apik. Muhammad Adhiyat, Keanu Azka, Ferdy Adriansyah, serta Sultan Hamonangan sukses menunjukkan chemistry yang kuat dan believable sebagai 4 sekawan di layar. Didukung pula oleh para supporting casts yang juga tampil dengan sangat solid, yang sukses bermain dengan luwes sampai di titik mampu menghibur kita semua, sekalipun kita pastinya sudah tahu akan ke arah mana jalan ceritanya, mengingat film ini konon tidak mengubah satu pun naratif dari novel aslinya.

Pada dasarnya, film ini memang murni film yang akan mengajak kita bersenang-senang kala menontonnya. Konfliknya setipis kertas, malah mungkin nyaris tidak ada konflik yang berarti sama sekali di film ini. Benar-benar film yang mengajak satu keluarga beserta anak-anak untuk have fun dan bernostalgia tatkala kita masih kanak-kanak dahulu.

Dalam urusan production design, film ini juga berhasil menggambarkan suasana kehidupan tahun 1983 dengan cukup real, khususnya saat shot senja hari dan saat scene di mana Dilan berkeliling di jalanan kota Bandung. Pewarnaan dan penggambarannya mungkin bisa membuat kita seperti bernostalgia, khususnya bagi sobat nonton yang benar-benar hidup di sana dan di tahun tersebut.

Secara keseluruhan, Dilan 1983 Wo Ai Ni dapat dikatakan berhasil menjadi film yang hangat dan sangat ringan, bahkan cenderung akan mengingatkan kita semua dengan kehangatan yang terpancar dalam film Keluarga Cemara. Meskipun masih ada beberapa kekurangan, namun film ini tetap cocok untuk ditonton apabila sobat nonton masih bingung ingin menyantap film apa di libur panjang akhir pekan kali ini.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Amazon Bullseye
Red One
Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Flow

COMING SOON

Perempuan Pembawa Sial
The Princess Diaries 3
Strange World
GJLS