Review Land of Bad: Sajikan Ketegangan yang Intens Nyaris Tanpa Jeda
Film Land of Bad sejatinya merupakan pembuktian seorang Liam Hemsworth untuk bisa lepas dari bayang-bayang sang kakak, Chris Hemsworth. Pun, film ini juga menjadi ajang pembuktian sang sutradara, William Eubank, yang sebelumnya lebih banyak membuat film-film berbujet rendah, seperti Paranormal Activity: Next of Kin.
Land of Bad sendiri akan menyajikan sebuah kisah pertempuran yang brutal antara personel Delta Force dengan kelompok separatis di Kepulauan Sulu, Filipina. Pertempuran itu dilakukan untuk bertahan hidup karena operasi penyelamatan seorang agen gagal dilakukan.
Saat pertempuran terjadi, satu-satunya harapan ada di pundak Sersan JJ Kinney (Liam Hemsworth), serta Kapten Eddie Grimm 'Reaper' (Russell Crowe) yang merupakan operator drone. Keduanya berjibaku selama hampir 48 jam agar bisa melawan para teroris dan pergi dari tanah yang buruk itu. Lantas, berhasilkah mereka?
Well, kira-kira apa saja kebutuhan untuk membangun ketegangan di dalam sebuah film action? Ledakan bombastis di mana-mana ala Michael Bay? Dentuman scoring pemacu jantung milik Hans Zimmer? Atau kehadiran monster raksasa pembawa kehancuran massal? Nyatanya, Land of Bad tak membutuhkan itu semua. Land of Bad hanya membutuhkan sebuah konflik dilematis berisi tanya mengenai kemanusiaan juga presentasi tentang "the burden of decision making in an emergency situation".
Ya, silakan sobat nonton buktikan sendiri daya cengkraman yang dihadirkan oleh film ini. Sungguh mengesankan cara William Eubank dalam membangun ketegangan lewat rentetan kejadian "sepele" di film ini. Maksud kata "sepele" di sini adalah ketiadaan hal-hal yang bombastis. Intensitas tampil melalui pertukaran dialog cepat berlarut-larut yang sukses menyulut kecemasan kita semua.
Tatkala kesederhanaan macam hal di atas tadi mampu mengaduk-aduk perasaan, yang diperoleh dari beberapa sebab: kehebatan crafting moment sang sutradara, serta keberhasilan naskah memancing kepedulian penonton baik terhadap karakter maupun paparan konflik, maka sebuah film action thriller sudah pasti dapat dikatakan berhasil.
Ketika penuturan William Eubank disempurnakan oleh editing dari Todd E. Miller dalam menjaga alurnya agar selalu dinamis, maka naskah karya David Frigerio-lah pondasinya. Sebagaimana sumber kesuksesan film dialogue based seperti 12 Angry Men atau The Man From Earth, naskah film ini mengembangkan problema sederhana berupa "strike or not" menjadi begitu kaya, serta dipenuhi dialog-dialog tajam berisi pendalaman tema pun eksplorasi karakter.
Mengenai karakter, sang penulis skenario seperti membawa kita memahami alasan atas pengambilan sikap mereka, bahkan lebih jauh lagi mengombang-ambingkan kita untuk selalu "berganti kubu". Dampak tersebut jelas wajib dimiliki oleh film yang mengetengahkan kisah dilematis semacam Land of Bad ini. Walaupun kental unsur militer, rangkaian dialognya tetap mudah dicerna karena berfokus pada penelusuran moral manusia.
Overall, meskipun kadang terasa hadir dengan eksplorasi emosi yang sebenarnya masih dapat ditingkatkan lebih dalam lagi, akan tetapi Land of Bad tetap berhasil membuktikan bahwa William Eubank merupakan sineas potensial karena mampu menggarap sebuah jalinan kisah yang, meskipun sederhana, tetap dapat berbicara banyak secara emosional.