Loading your location

Review Monster: Piawai Mempermainkan Perspektif Penontonnya

By Ekowi03 Januari 2024

Bohong rasanya jika tidak banyak orang yang mengantisipasi film Monster ini. Setelah Broker yang mempertanyakan batas moralitas dan empati kita terhadap dunia yang sesak ini, maka Monster hadir untuk mempertegas pertanyaan tersebut. Hadir sebagai salah satu kontender di Cannes tahun lalu, Monster besutan Hirokazu Koreeda dijamin akan menjadi favorit penonton Indonesia untuk dikejar dan ditonton. Hasilnya? Yap, sesuai ekspektasi!

Film Monster sendiri menceritakan kehidupan seorang anak laki-laki bernama Minato (Soya Korukawa) yang mulai bertindak aneh hingga ibunya (Sakura Ando) mencari tahu alasan di balik perubahan perilaku anaknya tersebut. Setelah mencari tahu, ternyata Minato bertindak aneh karena permasalahan yang ia alami di sekolah.

Permasalahan itu nantinya akan dijelaskan melalui tiga sudut pandang yang berbeda yaitu melalui sudut pandang Minato, Ibu Minato, dan Pak Guru Michitoshi Hori (Eita Nagayama). Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada Minato?

Di sepanjang durasinya, Monster memang bukan hanya muncul sebagai kritik atas hadirnya ketidakadilan yang terjadi di era modern, namun menjadi sebuah refleksi untuk merenungi diri sendiri, sejauh mana kita mengenal diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.

Seperti yang sudah disinggung di atas, Monster disampaikan dalam tiga babak penceritaan yang sepertinya tidak berturut dan berderet, namun memiliki intensitas dan emosi tersendiri dalam setiap babaknya. Perspektif pertama dimulai dari Ibu Minato yang merasa anaknya tidak diberikan pendidikan yang layak oleh sekolahnya dan justru malah mendapatkan kekerasan.

Amat emosionil rasanya ketika menonton bagian ini, di mana perlahan kita diberikan informasi demi informasi apa yang sesungguhnya terjadi. Jika film ini dipotong hanya pada bagian ini saja, maka sudah sangat terlihat argumentasi kritik terhadap instansi pendidikan yang dalam beberapa hal coba melanggengkan gejala abusive of power.

Dalam perspektif kedua, semuanya coba diubah. Kita seperti dibuat bingung oleh penceritaan yang sepertinya mundur dan mencoba melengkapi deretan peristiwa yang ada di perspektif pertama tadi. Kita akan menyelami kehidupan Pak Michitoshi Hori, guru kelas Minato. Bagaimana dia memiliki keraguan menjadi guru muda dan harus menyesuaikan dengan lingkungan sekolah tempatnya bertugas.

Dan dalam perspektif ketiga, kita akan dibawa kepada orang yang selalu menarik perhatian, yakni Minato sendiri. Setelah sang ayah wafat, Minato mulai berkontemplasi dengan dirinya dan menemukan sercercah hal aneh namun positif pada Yori (Hinata Hiiragi), teman sekelasnya. Keduanya lalu menjadi akrab dan mulai meluangkan waktu bersama.

Film ini hadir dengan sudut pandang yang unik yang mencoba mengkritisi institusi pendidikan dan sekitarnya secara komprehensif, namun tidak lupa meletakkan elemen emosional agar hal ini bukan hanya menambahkan argumentasi secara objektif melainkan juga secara subjektif.

Secara keseluruhan, Monster adalah sebuah film luar biasa yang dengan sempurna mampu mempermainkan perspektif. Bagaimana sebuah keburukan atau kejahatan hanyalah masalah sudut pandang, masalah ketidaktahuan atau ketidakpahaman kita akan sesuatu, sehingga kita seringkali berasumsi buruk pada hal tersebut.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Venom: The Last Dance
Wicked
Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu
Puang bos

COMING SOON

Made in Bali
Jumbo
MARIARA
Mission: Impossible - The Final Reckoning