Review No Way Up: Suguhkan Ketegangan Tinggi dan Bikin Gregetan
Film tentang bertahan hidup atau survival merupakan tema yang tak hanya seru ditonton tetapi juga dapat membuat jantung para penontonnya berdebar saking menegangkannya. Pilihan ceritanya pun beragam, ada yang mengisahkan petualangan, perang, hingga perjalanan hidup yang menginspirasi.
Salah satu film yang memiliki premis di atas dan mulai dirilis pada hari ini ialah No Way Up. Film No Way Up dibuka dengan adegan dramatis, sebuah pesawat penumpang yang sedang terbang tiba-tiba mengalami turbulensi hebat dan akhirnya jatuh ke perairan Samudera Pasifik.
Penumpang yang selamat pun harus menghadapi situasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pusat cerita akan berfokus pada Ava (Sophie McIntosh), seorang perempuan yang kuat dan tegar, yang tengah dalam perjalanan untuk menemui anaknya yang sedang sakit.
Ava harus bergabung dengan penumpang selamat lainnya yang masing-masing dari mereka memiliki kepentingan sendiri-sendiri dalam melakukan perjalanannya. Belum lagi masing-masing dari mereka juga memiliki kepribadian yang berbeda-beda pula. Lantas, bagaimanakah upaya mereka semua untuk terus bisa mempertahankan hidupnya dari ancaman hiu-hiu ganas di bawah laut sana?
Diarahkan oleh Claudio Fah, No Way Up terlihat memiliki pola pengisahan yang cukup serupa dengan judul-judul lain seperti 47 Meters Down dan The Shallows. Meskipun begitu, seperti halnya judul-judul tadi, Claudio Fah rupanya cukup mampu menggarap No Way Up dengan pengarahan yang apik sehingga film ini berhasil hadir dengan deretan momen menegangkan yang jelas akan sukses membuat penonton menahan nafas mereka.
Namun, harus diakui, kelemahan terbesar dari film ini ada di sektor naskah yang kurang mampu memberikan penggambaran karakter yang lebih kompleks lagi kepada banyak karakter di film ini. Karakter Ava masih terlihat tampil terlalu lemah dan datar untuk mampu membuat penonton benar-benar tertarik maupun membentuk jalinan emosional dengannya.
Susunan dialog yang dibentuk Andy Mayson selaku penulis naskah juga tergolong berkualitas menyedihkan. Daripada memberikan karakter-karakternya susunan dialog yang dapat lebih memperdalam penggalian karakter maupun memperkuat intensitas konflik, kebanyakan dialog yang hadir dalam No Way Up malah terdengar menyedihkan.
Sampai sepertiga awal film, narasi yang digubah oleh Andy Mayson tersebut bisa dibilang tidak berhasil membuat penonton tertarik kepada deretan karakter di film ini. Padahal, ada bahaya besar yang mengancam hidup mereka. Jadi, seharusnya penonton disuguhkan oleh momen-momen yang membuat simpati.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kita semua seakan dipaksa untuk mengikuti perjalanan para karakter tersebut tanpa diberikan backstory yang cukup. Mungkin terdengar sepele, tapi hal ini menjadi penting demi membangun ikatan antara penonton dengan plot yang dihadirkan.
Sudah bisa ditebak, film dengan tema yang satu ini akan menghadirkan deretan rintangan yang bertingkat. Setelah para protagonis kita berhasil menyelesaikan hambatan, maka akan muncul masalah baru lagi di depan mata dengan ancaman yang lebih besar.
Masalahnya, No Way Up kurang memberikan intensitas yang tinggi sampai di separuh film. Memang ada jumpscare yang sukses membuat penulis kaget. Namun sayangnya, jumlahnya masih bisa dihitung dengan satu tangan. Selebihnya, banyak adegan yang sudah bisa tertebak dan gagal memberikan kejutan.
Namun, sobat nonton boleh bersiap untuk menyaksikan adegan dengan ketegangan tinggi pada sepertiga akhir film ini. Mendekati momen konklusi, akan ada beberapa momen yang sukses membuat kita semua geregetan. Hantaman adegan menegangkan datang bertubi-tubi dan berhasil membekas di ingatan.
Overall, No Way Up bisa menjadi pilihan hiburan bagi sobat nonton, terutama bagi yang gemar berteriak-teriak di dalam bioskop. Penulis hanya ingin berpesan, tinggalkan logika sobat nonton di rumah dan nikmati berbagai hantaman ketegangan yang ada tanpa harus repot-repot berpikir ketika menonton film ini.