Review Siksa Kubur: Bisa Dinikmati Tak Hanya Penonton Beragama Islam Saja
Film horor terbaru karya Joko Anwar berjudul Siksa Kubur telah hadir di bioskop seluruh Indonesia. Berkisah tentang seorang perempuan bernama Sita (Faradina Mufti), anak dari kedua orang tua yang menjadi korban tewas bom bunuh diri. Sejak peristiwa tersebut, Sita menjadi pribadi yang tak percaya agama. Tujuan hidup Sita hanya satu, yakni mencari orang yang paling berdosa.
Ketika orang tadi meninggal, ia bertekad ingin masuk ke dalam kuburnya. Sita menetapkan niat untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada dan agama tidaklah nyata. Meski begitu, akan ada konsekuensi mengerikan untuk pihak yang tidak percaya akan siksa kubur.
Terbiasa menggaet para pemain kelas A, kali ini Joko Anwar mengajak Faradina Mufti dan Reza Rahadian sebagai pemain utama. Dan hal tersebut rupanya menjadi sebuah keputusan yang sangat tepat karena akting mereka yang luar biasa.
Nama-nama lain seperti Christine Hakim, Slamet Rahardjo dan aktor senior lainnya sudah tak perlu ditanyakan lagi kualitasnya. Penulis justru kepincut dengan akting dari Happy Salma, Runny Rudiyanti dan Putri Ayudya yang merupakan nama-nama baru yang muncul di film Joko Anwar. Ditambah nama Afrian Arisandy yang cukup fenomenal di film ini. Tampil hanya beberapa menit saja, tapi aktingnya begitu mencuri perhatian.
Jajaran casts yang mentereng tadi lalu didukung pula oleh sinematografi yang juara. Camera works yang dipakai benar-benar membuat penonton tidak nyaman di sepanjang film karena begitu creepy dan eerie, khususnya saat adegan Reza Rahadian yang sedang berada di kamar mayat.
Siksa Kubur ini boleh dibilang sebagai film horor yang minim jumpscare. Ada, tetapi hanya sedikit. Momen jumpscare-nya memang bisa ditebak, tapi tetap akan membuat shock ketika momen itu tiba. Sayangnya, saat di pertengahan film, penulis merasa plot dalam film ini mulai sedikit tidak fokus. Seperti terasa banyak metafora yang ingin disampaikan oleh Joko Anwar, tapi eksekusinya masih terlampau panjang.
Tapi percayalah, kekurangan tadi akan terbayar oleh adegan klimaksnya yang sukses membuat gelisah, sedih, pasrah, takut, dan perasaan campur aduk lainnya. Di adegan klimaks tersebut, Joko boleh dibilang ingin memberi sesuatu yang baru dibandingkan film-filmnya yang sebelumnya. Ada semacam elemen interaktif yang bisa dilakukan saat menonton adegan tersebut.
Pada akhirnya, film Siksa Kubur merupakan film horor reliji yang bisa dikonsumsi secara universal, bukan hanya bagi penonton yang beragama Islam saja. Karena cerita dalam film ini di-establish dengan lengkap, mengenai soal informasi, sebab akibat, serta motivasi karakter di dalamnya yang turut diberikan dengan jelas dan tidak "eksklusif" hanya bisa dimengerti oleh penonton beragama Islam saja.