Review Sonic the Hedgehog 3: Action-nya Seru dan Dahsyat
Setelah berbagai niatan Hollywood untuk membawa permainan video milik Sega bertajuk Sonic the Hedgehog ke layar lebar yang telah dimulai semenjak awal 1990-an, film adaptasi dari salah satu judul permainan video paling popular di dunia sepanjang masa tersebut akhirnya mendapatkan masa rilisnya oleh Paramount Pictures pada awal tahun 2020 silam serta melahirkan sekuelnya pada tahun 2022.
Kini, dua tahun setelahnya, sebuah sekuel berikutnya kembali dirilis dengan judul Sonic the Hedgehog 3. Film ini akan berkisah tentang Sonic (Ben Schwartz), Tails (Colleen O'Shaughnessey), dan Knuckles (Idris Elba) yang sedang bersenang-senang di Green Hills. Ketiganya lalu berteleportasi ke bumi untuk bertemu Tom Wachowski (James Marsden) dan Maddie (Tika Sumpter). Namun, saat ketiganya tengah lengah, mereka tiba-tiba diserang oleh sesosok landak berwarna hitam yang mirip dengan Sonic.
Landak tersebut bernama Shadow (Keanu Reeves). Shadow merupakan seekor landak hitam yang jatuh ke Bumi sebagai meteorit pada puluhan tahun silam. Saat pertama kali mendarat, Shadow ditangkap oleh Guardian Units of Nations atau GUN dan menjadi objek percobaan Gerald Robotnik (Jim Carrey), kakek Ivo Robotnik (Jim Carrey).
Selain Shadow, Gerald Robotnik juga datang dari masa lalu menggunakan portal waktu dan berkomplot untuk menghancurkan peradaban di Bumi. Untuk menghentikan keduanya, Sonic bekerja sama dengan Ivo Robotnik dan menghancurkan meriam laser di Bulan. Berhasilkah mereka?
Totalitas mereplikasi game-nya rupanya merupakan kunci sukses dari Sonic the Hedgehog 3 ini, tatkala ceritanya tak menawarkan hal yang baru sama sekali. Masih generik, masih ringan, masih klise sebagaimana film pertama dan keduanya. Di film ketiganya ini, karakter Sonic kembali diperlihatkan mengenai persoalan tanggung jawab. Juga soal kesedian berkorban ketimbang hanya pamer kekuatan.
Dapat ditebak pula, guna menambah rintangan, filmnya akan sesekali melupakan kemampuan Sonic dalam hal kemampuannya bergerak cepat, yang semestinya dapat menyelesaikan beberapa konflik secara cepat pula. Tapi ingat, film ini diadaptasi dari permainan platformers. Kompleksitas cerita jelas bukanlah jualan utama, karena yang terpenting adalah sebuah spektakel.
Gelaran aksi ringan dari film pertama serta keduanya coba ditingkatkan ke ranah yang lebih dahsyat di film ketiganya ini, menjadikan pameran visual seru di bawah penanganan sang sutradara, Jeff Fowler. Yap, Sonic the Hedgedog 3 ini adalah contoh bagaimana sebuah film adaptasi video game semestinya mempresentasikan adegan aksi.
Pada akhirnya, Sonic the Hedgehog 3 tentunya akan dapat memuaskan pangsa pasarnya. Akan tetapi, lebih dari itu, sayangnya film ini rasanya akan mudah terlupakan begitu saja akibat minimnya kesan yang dapat diberikan seusai menonton.