Loading your location

Review Tarot: Sajikan Horor yang Intens dan Emosional

By Ekowi16 Mei 2024

Saat ini, tarot menjadi suatu hal yang populer di dunia. Ya, kebanyakan orang masih menganggap kartu tarot adalah media meramal nasib dan berkaitan erat dengan hal-hal supranatural. Banyak orang juga mengira jika membaca tarot diperlukan indra keenam atau kekuatan lainnya.

Hollywood pun berinisiatif untuk mengangkat fenomena medium meramal nasib tadi ke dalam sebuah film bergenre horor yang berjudul Tarot. Film Tarot sendiri merupakan hasil adaptasi dari novel terkenal yang dirilis pada tahun 1992 silam dengan judul Horrorscope. Novel ini merupakan karya laris dari penulis Nicholas Adams.

Tarot berkisah tentang sekelompok remaja yang ingin merayakan ulang tahun salah satu teman mereka yang bernama Elise (Larsen Thompson). Agar rencana itu berhasil, mereka menyewa sebuah rumah tua di Catskills, sebuah kota di pinggiran Greene County, New York. Mereka lalu melakukan berbagai kegiatan menyenangkan bersama. Meskipun suasana sebenarnya agak canggung karena dua anggota kelompok itu, Haley (Harriet Slater) dan Grant (Adain Bradley), baru saja putus.

Tak terasa malam pun tiba. Haley muncul dengan membawa kartu tarot yang dia temukan di basement rumah tersebut. Teman-temannya pun bersemangat membaca kartu-kartu yang sering dipakai untuk meramal nasib itu. Keesokan harinya, mereka kembali ke kampus. Seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, beberapa saat kemudian, mulai muncul berbagai kejadian mengerikan yang menimpa mereka. Kejadian-kejadian itu sesuai dengan apa yang diramalkan oleh tarot yang mereka baca pada malam sebelumnya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya langsung terasa sureal karena sobat nonton tidak akan diberikan waktu untuk melepas nafas. Momen jumpscare-nya mungkin tidak banyak, tapi muncul dalam visual dan momen yang tepat, sehingga membuat film ini terasa lebih kaya. Melihat durasi penayangan yang hanya sekitar 90 menit ternyata tetap membuat pace film ini berada dalam kecepatan yang tepat. Kita tidak akan disajikan adegan yang bertele-tele karena semuanya berjalan seperti yang diharapkan.

Film karya duo sutradara Spenser Cohen dan Anna Halberg ini memang tidak bisa dianggap kaleng-kaleng. Tarot sejatinya memiliki nafas horor yang kental, disertai pula dengan konsep dan penyimbolan yang menarik. Untuk urusan horor, Spenser dan Anna memang terlihat tidak malu-malu. Duo sutradara kita ini paham bahwa Tarot merupakan kesempatan bagi mereka “to show they are a big deal here in this genre”. Dan passion itu memang amat terlihat di layar.

Tarot memiliki beberapa momen horor yang intens. Dan bukan cuma sebatas horor fisik, film ini juga mengerti dalam hal membangun suspens untuk horor yang lebih emosional. Horor yang lebih “mental”. Walaupun jika penulis boleh jujur, naskahnya masih memiliki beberapa kekurangan. Beberapa karakter justru terasa annoying karena keambiguan sikap mereka sehingga misteri yang menimpa karakter tersebut tidak pernah benar-benar sampai pada puncaknya.

Untungnya, hal di atas tadi mampu ditutupi oleh paruh akhirnya yang memikat. Paruh akhir film ini memilili konteks soal kematian yang dibungkus oleh ide dan konsep horor yang menarik. Yang sebenarnya serupa dengan cerita-cerita pemanggilan ruh lainnya memang, tapi juga terasa berbeda berkat karakter dan situasi yang dihadirkan.

Bagaikan pembelajaran dalam kehidupan, Tarot pada akhirnya akan memberikan peringatan bahwa jangan pernah bermain dengan hal-hal yang tidak satu dunia dengan manusia. Apalagi jika itu malah membuka luka lama yang seharusnya sudah ditutup, dikubur, dan ditinggalkan selamanya tanpa harus terbesit sedikitpun pikiran untuk digali ulang.

Sobat nonton, jangan lupa bagikan tulisan ini ya!

NOW PLAYING

Gladiator II
Heretic
Red One
Kanguva

COMING SOON

Kampung Jabang Mayit
1 Imam 2 Makmum
Sinners
Konco-Konco Edan