Review The Strangers: Chapter 1: Sajikan Horor yang Efektif dan Maksimal
Ketika dirilis pada tahun 2008 lalu, The Strangers karya Bryan Bertino mampu menjelma dari sebuah film horor dengan premis sederhana menjadi sajian yang berhasil menarik perhatian banyak penikmat film dunia. Dengan bujet produksi yang “hanya” membutuhkan biaya sebesar 9 juta USD, film yang dibintangi Liv Tyler dan Scott Speedman tersebut kemudian berhasil meraih pendapatan sebesar lebih dari 82 juta USD dari perilisannya di seluruh dunia.
Kini, film tersebut pun coba dibuatkan remake-nya oleh sineas Renny Harlin. Rencananya, film ini nantinya akan dibagi menjadi tiga bagian alias trilogi, di mana bagian pertamanya kali ini diberi judul The Strangers: Chapter 1. Kisah dalah film ini bermula tatkala Maya (Madelaine Petsch) dan Ryan (Froy Gutierrez) merayakan hari jadi hubungan mereka yang ke-5. Mereka lalu memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama selama 3 hari.
Ketika sedang melintasi Oregon, mereka salah mengambil jalan keluar dan berakhir di kota kecil yang tidak terlacak di sebagian besar sistem GPS. Belum lagi tiba-tiba mobil mereka juga tak bisa dihidupkan. Oleh penduduk setempat, mereka berdua lalu diminta untuk memperbaiki mobilnya dan bermalam di kota kecil itu.
Maya dan Ryan lantas diarahkan ke sebuah penginapan yang dikelilingi hutan di mana tak ada layanan jaringan seluler yang tersedia. Malamnya, tiga sosok asing bertopeng pun mulai mengintai, menyerang, dan menyiksa tanpa ampun dan tanpa motif. Lalu, bagaimanakah nasib Maya dan Ryan? Dan siapakah tiga sosok bertopeng tersebut?
Layaknya sebuah film remake, The Strangers: Chapter 1 jelas akan tetap mengikuti pola pengembangan konflik dan karakter yang telah diterapkan oleh seri pendahulunya yang dimulai dengan beberapa karakter yang tertimpa kesialan karena kehadiran teror yang mengancam hidup mereka. Namun sayangnya, naskah garapan Bryan Bertino bersama Alan R. Cohen dan Alan Freedland ini sama sekali tidak pernah benar-benar mampu menyatukan kepingan-kepingan konflik yang telah mereka hadirkan untuk menjadi sebuah pengisahan drama yang utuh.
Akhirnya, konflik yang awalnya dapat dijadikan pancingan untuk tetap mengikat perhatian sekaligus memberikan sentuhan emosional pada penonton, tampil setengah matang dan gagal untuk bekerja secara maksimal. Penggambaran dari setiap karakter yang muncul dalam jalan pengisahan juga terasa tipikal, yang akan membuat banyak penikmat horor telah dapat menebak ke mana arah penceritaan film ini dengan mudahnya.
Akan tetapi, terlepas dari kelemahan penulisan konflik dan naskah ceritanya, Renny Harlin sebagai sutradara harus diakui berhasil menggarap intensitas penceritaan horor filmnya dengan cukup baik. Setelah paruh pertama pengisahan, yang berisi pengenalan terhadap karakter serta konflik awal yang terasa cukup datar, The Strangers: Chapter 1 mulai bergerak secara dinamis ketika teror mulai berlangsung dan dilancarkan pada setiap karakter dalam film ini.
Memang, pengaturan teror serta cara setiap karakter menghadapi ancaman kehidupan mereka terasa sebagai pengulangan berbagai formula klasik film-film slasher Hollywood. Namun, pengarahan Harlin yang cukup kuat berhasil menjadikan kehadiran berbagai elemen horor familiar tersebut menjadi begitu efektif dan maksimal.
Dilengkapi dengan beberapa adegan brutal yang jelas akan semakin mampu membuat setiap penonton film ini menahan nafas mereka, The Strangers: Chapter 1 mampu dikemas menjadi sebuah sajian slasher yang cukup menyenangkan. Bahkan boleh dibilang, film ini adalah salah satu slasher movie terapik yang dirilis tahun ini.
Lemahnya komposisi karakter dalam aliran cerita memang membuat karakter-karakter yang tampil di sepanjang 91 menit durasi presentasi The Strangers: Chapter 1 menjadi tidak begitu mengikat. Beruntung, departemen akting film ini tetap mampu menyajikan penampilan akting terbaik mereka untuk membuat setiap karakter setidaknya dapat tetap terasa menarik untuk diikuti “perjuangan hidup”-nya.
Secara keseluruhan, The Strangers: Chapter 1 memang kurang berhasil untuk menyaingi kekuatan intensitas horor film originalnya yang didukung penuh oleh elemen emosional dari karakter-karakter ceritanya. Meskipun begitu, film ini jelas tidak akan meninggalkan kesan yang buruk begitu saja berkat garapan slashernya yang cukup solid. Mudah untuk dilupakan, namun jelas juga terasa memuaskan untuk diikuti.