Review The Watchers: Film yang Atmosferik dan Mengerikan
Pasca film The Last Airbender dan After Earth, nama M. Night Shyamalan tak ubahnya lelucon karena dua judul tersebut mengalami degradasi kualitas dari karya-karyanya sebelumnya. Lalu datanglah judul-judul berikutnya seperti The Visit, Split, hingga Glass yang membuat kita semua seakan kembali percaya bahwa kehebatan seorang Shyamalan masih ada.
Kini, sang anak, Ishana Shyamalan coba mengikut jejak sang ayah dalam hal menebar rasa takut, ketegangan, dan pastinya twist ending di dalam karya debutnya yang berjudul The Watchers. The Watchers sendiri berkisah tentang Mina (Dakota Fanning), seorang ekspatriat yang saat ini bekerja di sebuah toko hewan peliharaan. Hal itu ia lakukan karena dalam proses menerima kematian ibunda tercintanya.
Suatu hari, Mina diperintahkan oleh bosnya untuk mengantar seekor burung beo yang lancar meniru bahasa manusia. Saat mengantar burung tersebut, Mina tiba di sebuah hutan dengan pepohonan yang sangat tinggi. Semua alat elektronik yang ia bawa tiba-tiba mati. Mina lalu memeriksa keadaan sekitar dengan cara meninggalkan mobilnya. Saat kembali, mobil yang ia tumpangi pun menghilang.
Setelah itu, Mina melihat seorang wanita tua di depan sebuah bangunan. Wanita tua itu bernama Madeline (Olwen Fouere). Madeline lantas memberitahu Mina bahwa ia dan tiga orang lainnya yang ada di dalam bangunan itu sedang mengawasi sesosok mahluk yang belum bisa dipastikan bagaimana bentuk fisiknya. Sesosok mahluk apakah itu?
Well, Ishana rupanya cukup menyadari segala keburukan yang pernah menghancurkan karir ayahnya beberapa tahun belakangan. Saat menggarap horor/thriller, sang ayah terlalu berfokus pada konsep tinggi namun lupa menyuntikkan rasa takut kepada para penontonnya.
Berbagai twist ending pun bagai parodi atas dirinya sendiri dengan satu-satunya tujuan yakni hanya sebagai efek kejut tanpa memperhatikan koherensi dengan alur cerita filmnya itu sendiri. Sedangkan pada genre lainnya, M. Night Shyamalan malah terlalu mementingkan spektakel serta kemegahan CGI yang bahkan sering tampak murahan di layar.
Belum lagi naskah yang lemah dan cenderung konyol turut diperparah dengan kengototan Shyamalan dalam menyajikan tontonan yang gritty. Namun kini, dalam The Watchers, sang anak seperti ingin mengobati kesalahan ayahnya yang terdahulu. Dengan bujet produksi yang hanya 30 juta USD, Ishana mau tak mau harus berfokus pada penghantaran atmosfer serta kekuatan narasinya.
Di titik itulah, The Watchers mampu tampil sebagai sebuah film yang cukup atmosferik dan mengerikan. Suasana mencekam dan kesan disturbing menyengat kuat, hasil dari tindak tanduk aneh dari beberapa karakter di dalamnya. Ketegangan tersebut yang dijamin akan membuat tangan sobat nonton menggenggam kursi dengan erat.
Atmosfer tak mengenakkan serta sedikit jumpscare yang efektif akan sanggup membuat sobat nonton terkaget. Pacing yang cukup lambat diserta gerak kamera yang ditampilkan di sini nyatanya cukup mampu dimanfaatkan dengan baik untuk membangun rasa cemas dari para penonton.
Kali ini twist-nya memang tidak sulit ditebak. Tapi hal tersebut memang semata-semata karena sang sutradara sudah menebar banyak petunjuk. Bahkan jika tidak menyadari clue tersebut, saat twist tersebut terungkap, sobat nonton mungkin akan bergumam “oh, pantesan tadi…”
Dan pada akhirnya, The Watchers sungguh patut dirayakan sebagai pembuktian seorang Ishana Shyamalan yang sepertinya mampu menyerap ilmu dari sang ayah dengan sangat baik. Mungkin sudah saatnya ia dan ayahnya berfokus untuk membuat horor atau thriller berskala kecil yang lebih mengutamakan kekuatan atmosfer dan narasi seperti dalam film ini.